Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Jakarta - Kondisi Hong Kong tengah memanas karena ribuan masyarakat berkumpul di pusat kota untuk melakukan unjuk rasa sejak Rabu, (12/6/2019).
Unjuk rasa ini dilakukan karena masyarakat Hong Kong menolak rancangan undang-undang ekstradisi ke China yang diajukan pemerintah setempat.
Dampaknya, kantor pemerintah Hong Kong ditutup dan pelayanan publik terkait ikut lumpuh.
Dilansir dari CNBC, Kamis (13/6/2019), pemerintah Hong Kong menutup kantor-kantornya yang berada di distrik keuangan sejak mulainya unjuk rasa tersebut hingga berakhirnya minggu ini. Selain itu, stasiun kereta bawah tanah yang melintas ke daerah tersebut juga ditutup.
Dampak dari aksi demonstran tersebut, 79 orang luka-luka dan dilarikan ke Rumah Sakit pukul 11.00 waktu setempat.
Carrie Lam, Kepala Sekretaris Administrasi Hong Kong mengatakan, unjuk rasa ini tak akan menggoyahkan rencana RUU Ekstradisi tersebut. Ia mengatakan, aksi protes ini tak dapat ditoleransi dan bukan sebuah aksi yang menunjukkan kecintaan masyarakat terhadap Hong Kong.
"Jelas, ini bukan lagi pertemuan damai tetapi sebuah kerusuhan yang terang-terangan dan terorganisir, dan sama sekali bukan tindakan mencintai Hong Kong," kata Lam.
Selain itu, aksi demonstran tersebut telah memberi dampak terhadap pasar keuangan di negara itu jadi tertekan.
Hal itu terlihat dari pasar saham Hong Kong Indeks Hang Seng yang turun sebesar 1,7% pada penutupan. Kondisi ini juga paling berdampak pada saham properti lokal.
Aksi jual saham ini juga didasari kekhawatiran mengenai ekonomi global, khususnya perang dagang antara Amerika Serikat dan China serta ekspektasi penurunan suku bunga Bank Sentral The Fed beberapa bulan ke depan.
Direktur penelitian broker KGI, Ben Kwong mengatakan dari adanya unjuk rasa tersebut sebagian saham lokal akan menurun. Hal ini lumrah setelah sebelumnya kondusif.
"Ini adalah reaksi normal ketika Anda mengalami keresahan sosial atau ketegangan, mengingat selama beberapa tahun ini kami relatif tenang," jelas dia dikutip dari Straits Times, Kamis (13/6/2019).
Selain itu, perbankan juga terlihat menaikkan suku bunga antarbank. Tercatat, biaya pinjaman antarbank atau Hibor naik 29 basis poin ke angka 2,42%. Angka ini menjadi yang tertinggi sejak tahun 2008.
Nilai mata uang dolar Hong Kong juga menguat sebesar 0,26%. Saat ini pun, nilai tukar dolar Hong Kong ke dolar AS berada di angka 7,75 hingga 7,85.
Kemudian, suku bunga di Hong Kong biasanya sejalan dengan The Fed. Padahal, suku bunga biasanya di pertengahan tahun dicatat lebih tinggi dengan likuiditas yang ketat.
Sementara itu, dua analis di Hong Kong menilai adanya unjuk rasa membuat tekanan serta menambah kekhawatiran tentang arus keluar modal.
"Kali ini, orang benar-benar khawatir tentang risiko politik, tentang modal asing yang meninggalkan Hong Kong," kata analis yang enggan disebutkan namanya.dtc