Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. Undisbursed loan atau fasilitas kredit yang belum ditarik di perbankan per April 2019 tercatat naik 6,1% menjadi Rp 1.564 triliun.
Ekonom menyebut meningkatnya kredit 'nganggur' ini mencerminkan perlambatan ekonomi yang terjadi di Indonesia. Lalu bagaimana caranya untuk menurunkan undisbursed loan?
Peneliti INDEF Bhima Yudhistira Adhinegara menjelaskan untuk mengurangi jumlah undisbursed loan di perbankan maka pemerintah harus meningkatkan kepercayaan pelaku usaha.
"Solusinya tidak ada cara lain kecuali memperbaiki fundamental perekonomian dan kepercayaan pelaku usaha. Kalau bisa reshuffle menteri ekonomi secepatnya, sebelum Oktober, makin cepat, makin clear dan confidencepengusaha bisa sedikit pulih," kata Bhima, Selasa (9/7/2019).
Dia mengungkapkan, jika perekonomian nasional bisa tumbuh di atas 5,4% maka undisbursed loan di perbankan akan berkurang. Penyaluran kredit bisa lebih lancar dan perekonomian bisa terus bergerak.
Bhima mengatakan selain perekonomian, penurunan bunga acuan Bank Indonesia (BI) dan suku bunga kredit perbankan juga perlu diturunkan untuk meningkatkan penyaluran kredit.
"Bunga juga urgen, harus turun," kata dia.
Sekadar informasi, saat ini suku bunga acuan BI berada di level 6% dengan dengan deposit facility 5,25% dan lending facility 6,75%.
Statistik perbankan Indonesia (SPI) periode April 2019 mencatat undisbursed loan atau kredit yang belum dicairkan oleh nasabah tercatat Rp 1.564 triliun angka ini meningkat sekitar 6% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya Rp 1.474 triliun.
Pada April 2019, kredit yang diberikan tercatat Rp 5.363 triliun. Ini artinya jumlah kredit yang masih nganggur di perbankan ada sekitar 29,4% dari keseluruhan kredit. Angka ini terdiri dari kredit yang sudah commited Rp 370 triliun dan yang uncommitted Rp 1.194 triliun.(dtf)