Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Nilai ekspor Sumatra Utara (Sumut) pada Semester I-2019 terpangkas hingga US$ 603,545 juta (13,94%) menjadi US$ 3,727 miliar dibandingkan periode sama tahun lalu senilai US$ 4,331 miliar.
"Penurunan nilai ekspor dampak dari anjloknya harga jual barang ekspor khususnya komoditas unggulan Sumut seperti sawit, karet dan kakao," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sumut, Syech Suhaimi, di Medan, Jumat (2/8/2019).
Menurut Suhaimi, turunnya nilai ekspor akibat harga jual barang ekspor terlihat dari berat bersih ekspor Sumut yang justru naik pada tahun ini. Berat barang ekspor Sumut periode semester I-2019 naik menjadi 4.518.402 ton dari periode sama tahun 2018 yang sebanyak 4.380.074 ton.
Data BPS, golongan barang yang penurunan ekspornya cukup tinggi yakni CPO sebesar 21,51%, kemudian karet sebesar 18,49%, tembakau sebesar 17,60%, kayu dan barang dari kayu turun 13,92%, ikan dan udang turun 15,92% dan eskpor buah-buahan turun 24,59%.
Tapi meski nilai ekspor turun, neraca perdagangan Sumut secara keseluruhan masih surplus senilai US$ 1,504 miliar karena impornya di periode sama mencapai US$ 2,222 miliar.
Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sumut, Parlindungan Purba, mengatakan, harga jual ekspor minyak sawit mentah atau CPO dan karet masih terus turun. Padahal, dua golongan barang itu memberi andil besar dalam penerimaan devisa Sumut setiap tahunnya.
"Kalau devisa dari kelompok sawit dan karet turun, otomatis devisa Sumut turun. Tentu diharapkan kinerja harga kedua komoditas ini bisa membaik di semester II ini," katanya.
Sekretaris Eksekutif Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo) Sumut, Edy Irwansyah, mengakui, karet adalah salah satu komoditas yang berkontribusi pada penurunan nilai ekspor. Bukan hanya harga jual karet yang turun, tetapi juga volume penjualannya. Volume dan harga jual karet yang turun dipicu permintaan yang melemah di pasar internasional.