Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Gunungsitoli. Pertumbuhan ekonomi atau Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Gunungsitoli, Kepulauan Nias, dari tahun ke tahun tertinggi di kisaran 6% lebih. Pada 2018, pertumbuhan ekonominya menembus ke level 6,03%, meningkat sekitar 0,002% dibanding dengan angka pertumbuhan 2017 sebesar 6.01%. Sedangkan di 2015 berada di kisaran 5,79%.
“PDRB Kota Gunungsitoli masih tinggi 2018. Bahkan Kota Gunungsitoli peringkat pertama tertinggi se-Sumatera Utara mengalahkan Kabupaten Mandailing Natal dengan pertumbuhan ekonomi 2017 nomor 1 se-Sumut," ungkap Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Gunungsitoli, Azantaro, Senin (19/8/2019).
Menurut Azantaro, laju pertumbuhan ekonomi Kota Gunungsitoli 2018 mengalami percepatan pesat bila dibandingkan dengan PDRB 2017, naik sebesar 0,002%. "Pertumbuhan ekonomi ini, ya, ada percepatan dari sebelumnya, ini juga paling cepat se-Sumut," ujar Azan.
Ia menjelaskan, dari 17 item kategori lapangan usaha, sumbangan kontribusi terbesar terhadap laju pertumbuhan ekonomi Kota Gunungsitoli hingga tahun 2018 di sektor perdagangan besar dan eceran, reperasi mobil dan sepeda motor sebesar 25,56%. Naik dibandingkan laju pertumbuhan 2017 sebesar 25,35%.
Kedua, sektor konstruksi dan infrastruktur sebesar 22,39%, meningkat dibandingkan 2017 sebesar 22,12%. Urutan ketiga yakni sektor pertanian, peternakan, perikanan dan kehutanan sebesar 14,72%, dan keempat bidang transportasi dan pergudangan 8,66%.
"Paling berkembang di sektor perdagangan, konstruksi, transportasi dan pertanian memegang peran tertinggi laju pertumbuhan", tuturnya.
Ia menjelaskan, PDRB Kota Gunungsitoli atas dasar harga berlaku menurut kategori lapangan usaha, 2018 diperkirakan totalnya sebesar Rp 5 triliun lebih. Sedangkan 2017 sebesar Rp 4,503 triliun dan 2016 sebesar Rp 4,034 triliun.
"Pendapatan perkapita Kota Gunungsitoli atas dasar harga berlaku 2018 sebesar Rp 35.547.697 juta. Ini berarti terjadi kenaikan bila dibandingkan PDRB perkapita 2017 sebesar Rp 31, 95 juta," jelasnya.
Ia mengatakan , PDRB perkapita merupakan gambaran rata-rata pendapatan yang diterima oleh setiap penduduk sebagai hasil dari proses produksi. PRDB per kapita diperoleh dengan membagi total nilai PDRB dengan jumlah penduduk. Di mana jumlah penduduk Kota Gunungsitoli sampai 2018 sebanyak 140.927 jiwa.
“Sumbangan terbesar terhadap tingkat PDRB Kota Gunungsitoli berasal dari sektor perdagangan besar dan eceran, perbengkelan kendaraan bermotor tumbuh sebesar 25,56% equivalen Rp 1,280 triliun.
Disusul konstruksi dan infrastruktur tumbuh sebesar 22,39% atau setara dengan Rp 1, 121.79 triliun, sektor pertanian, kehutanan dan perikanan 14,72% atau Rp 737, 51 miliar, transportasi dan pergudangan 8,66% atau Rp 433,64 miliar, sektor real state 5,39%, administasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial tumbuh 5,26% dan jasa pendidikan 5,00%.
“Intinya bahwa nilai PDRB sebesar 6,03% Kota Gunungsitoli menunjukan ekonomi tumbuh sehat,” kata Azantaro.
Dipaparkan Azantaro, membaiknya pertumbuhan ekonomi Kota Gunungsitoli dapat dilihat dari beberapa indikator, seperti menurunnya angka kemiskinan menjadi 18,44% di 2018 dari 2016 sebesar 23,43%.
Selain itu, pertumbuhan sektor perdagangan besar dan eceran, perbengkelan kendaraan bermotor, konstruksi, dan transportasi serta pergudangan berkontribusi dalam menyerap banyak tenaga kerja hingga mencapai 40,60% pada 2018. Pengangguran terbuka menurun dari 2015 sebesar 10% menjadi 5,29% pada 2018.
Pesatnya tingkat pertumbuhan ekonomi di Kota tidak dibarengi pertumbuhan ekonomi petani di desa yang melambat. Salah satunya, sebagai akibat dari harga jual komoditi pertanian petani menurun berupa komoditi karet. Namun umumnya mereka bergeser di sektor konstruksi dan infrastruktur sebagai tenaga kerja.
Iindeks pembangunan manusia (IPM) Kota Gunungsitoli 2018 sebesar 68,32, naik 1 tingkat bila dibanding dengan Kabupaten Tapteng, Tanjungbalai dan Batubara. Artinya Kota Gunungsitoli masuk dalam peringkat ke-22 IPM se-Sumut, tetapi rasio kesenjangan masih tinggi, yakni 0,636.