Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Banyuwangi - Ratusan nelayan se-Jawa dan Bali antusias mengikuti lomba balap perahu layar tradisional. Untuk mengikutinya, para nelayan harus mengeluarkan tenaga ekstra dan saling adu kecepatan menyeberangi Selat Bali. Sekali pergi pulang, nelayan bisa mencatatkan waktu hanya 10 menit saja.
Ajang yang digelar di Pantai Ketapang, Kecamatan Kalipuro Banyuwangi, Minggu, (25/8/2019) ini, seluruh perahu peserta diajarkan di bibir pantai. Mereka bersiap di jalur start yang sudah disediakan. Begitu dilepas, mereka harus mengarungi Selat Bali sejauh 12 mil. Para nelayan harus melalui 4 tahapan untuk masuk dalam grand final.
Aksi kejar-kejaran pun tak bisa dihindarkan dalam kompetisi balap perahu layar tradisional ini. Meski banyak nelayan yang merasakan kelelahan, namun mereka mengaku senang mengikuti perlombaan yang susah menjadi tradisi ini.
"Sampai di sana capek sekali. Di sana (Gilimanuk) waktu berlayar kemudi tidak bisa, apalagi gelombangnya tinggi sekali," ujar Imam, salah satu nelayan dari Banyuwangi kepada detikcom.
Imam terpaksa hanya mengikuti arah angin saja. Beruntung dirinya bisa finis pada urutan joker 6 dalam perlombaan ini. "Meski capek tapi bisa nomor 6. Saya setiap tahun ikut ajang ini. Sambil mengasah keterampilan," pungkasnya.
Ajang perlombaan ini merupakan rangkaian kegiatan peringatan HUT ke 48 Pangkalan TNI AL (Lanal) Banyuwangi. Selain itu, ajang ini sebagai wadah untuk mempererat tali silaturahmi antar nelayan Jawa-Bali.
"Ini kan dalam rangka HUT Lanal. Salah satunya adalah lomba perahu layar. Kita wadahi ada sekitar 100an nelayan yang ikut serta. Sebagai aturan kita hanya membatasi panjang dan tinggi layar tak hanya 7,30 meter," ujar Danlanal Banyuwangi Letkol Laut (P) Yulius Azz Zainal kepada detikcom.
Untuk pemenang lomba, kata Danlanal, pihaknya memberikan uang pembinaan dan piala bergilir oonba perahu layar Danlanal Cup 2019. Diharapkan dengan kegiatan ini nelayan bisa menjaga laut dan ekosistem di Selat Bali.
"Kita rangkul mereka dengan berbagai kegiatan. Salah satunya ini. Agar mereka tak lagi merusak lingkungan dengan cara mengambil ikan dengan bom atau yang lainnya," pungkasnya.dtc