Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Ternyata koran bekas memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi. Di mana, Risdani Yasir, seorang guru Madrasah Aliyah Negeri (MAN) di Kabupaten Asahan mampu menyulap limbah koran menjadi barang yang lebih berguna, bahkan sempat di ekspor ke sejumlah negara seperti Australia.
Hasil olahan tangan Risdani yang berbahan baku koran bekas, antara lain guci, tempat sampah, kotak tisu, cermin, pot dipamerkan pada acara Pekan Lingkungan Hidup yang diselenggarakan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Sumut, di Hotel Santika Dyandra, Medan.
Karena unik, banyak pengunjung yang mencari tahu cara pembuatannya. Dengan santai, Risdani Yasir menjelaskan cara mengolah koran bekas menjadi bahan baku untuk bisa diolah. "Seperti dikepang," ujarnya.
Pengelola Dapur Kreasi Daur Ulang Risa Repangga itu menceritakan asal muasal ide dari mengolah koran bekas. "Suatu ketika anak main layangan, jadi buat ekor di layangannya pakai koran. Setelah itu dikembangkan sampai saat ini. Alhamdulillah bisa menghasilkan, mulai awalnya sekitar tahun 2008," ucapnya.
Pria yang masih berstatus guru honorer itu melibatkan warga yang ada di sekitar tempat tinggal untuk bisa mengelola sampah koran bekas. Totalnya ada 25 pengrajin
"Paling mahal itu koran Rp 5.000/kg. Dalam satu kilogram bisa menghasilkan 70 meter bahan baku, itu saya beli dari pengrajin Rp 35.000. Jadi mereka bisa dapat Rp 30.000 setiap mengolah sekilo koran bekas," ucapnya.
Di tahun 2014, Risdani mengaku produk hasil olahannya bisa menembus pasar luar, yakni Australia. "Jadi saya buat sesuai pesanan, 2017 setop ekspor karena saya membina orang untuk bisa mengelola koran bekas seperti yang saya lakukan. Binaan saya sudah ada di 33 kota/kabupaten se-Indonesia," jelasnya.
Menurutnya, sudah lebih dari 33 jenis barang yang dibuatnya dengan bahan koran bekas, mulai dari guci, tempat tisu, pot, cermin dan lain sebagainya.
"Usaha saya ini juga binaan PKK Kabupaten Asahan, jadi kalau PKK ada acara, souvenirnya saya yang membuat. Kemarin ketika musim haji juga banyak orderan untuk buat souvenir," urainya.
Ia bercerita bagaimana produk atau hasil olahannya yang berbahan dasar koran bisa tahan lama. Di mana, setelah dibentuk dilapisi lem dan dikeringkan.
"Setelah itu baru dicat. Kalau guci saya jual Rp 200.000, kotak tisu Rp 50.000, tempat sampah Rp150.000. Guci ada juga yang Rp 400.000, tergantung jenis dan kesulitan saat membuat," paparnya.
"Kalau omset saat ini rata-rata per bulan Rp 20 juta. Lumayan untuk tambahan penghasilan," ucapnya mengakhiri.