Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Jakarta - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengatakan jumlah titik panas (hotspot) kebakaran hutan dan lahan (karhutla) naik-turun. Hotspot ini pun mempunyai klasifikasi kecil hingga tinggi.
"Kalau jumlah hotspot itu berubah-ubah, kalau kita aksesnya pukul 08.00 WIB, pukul 09.00 WIB, pukul 10.00 WIB itu berubah-ubah, kesatuannya kan 24 jam. Jadi satelitnya merekam sehari 4 kali, katanya, dan itu ada jamnya," kata Plt Kapusdatin dan Humas BNPB, Agus Wibowo, saat jumpa pers, di gedung Graha BNPB, Jalan Pramuka, Jakarta Timur, Senin (23/9/2019).
"Hotspot itu juga ada klasifikasinya, ada yang sedang, ada yang tinggi," imbuhnya.
Agus mengatakan BNPB memprediksi pada bulan September ini jumlah hotspot tetap naik turun. Menurut Agus, bulan September merupakan puncak musim kemarau dan kemungkinan hotspot bertambah cukup besar.
"Jadi sebenarnya kita prediksi kalau kita lihat pola ini kita tahu bahwa hotspot kita masih akan anak-turun terutama di bulan ini (September), karena ini puncaknya musim kemarau, jadi akan tambah lagi," ujar Agus.
Sementara itu, Kepala Pusat Meteorologi Publik BMKG, A. Fachri Radjab, membeberkan wilayah yang masih rawan karhutla. Di antaranya yakni Riau, Jambi, dan Sumatera Selatan.
"Untuk wilayah saat ini rawan karhutla di Riau, Jambi, Sumsel, per hari ini tadi pagi kita mendeteksi angin datang dari arah barat hingga tenggara. Termasuk juga di Kalbar, Kalsel, Kalteng," ucap Fachri.
Berdasarkan pantauan hari ini, dia mengatakan arah angin menuju wilayah Indonesia. Sehingga, tidak ada kabut asap ke negara tetangga seperti Malaysia dan Thailand.
"Kalau pertanyaannya apakah masuk ke negara tetangga, mulai pagi ini kita deteksi karena arah angin yang menuju ke kita semua, jadi tidak ada asap lintas batas per hari ini. Sampai data terakhir pukul 14.00 WIB tadi, kami deteksi angin masih di sekitar Laut China Selatan, Laut Natuna itu ya, sehingga menuju ke Sumatera," tambahnya.
Menurut Fachri, kondisi angin tersebut justru baik untuk pembentukan awan hujan. Turunnya hujan dapat dipercepat dengan bantuan teknologi modifikasi cuaca.
"Ini kondisi angin seperti ini, justru turut membantu proses pembentukan awan-awan hujan, jadi kita harap uap air makin banyak sehingga awan-awan terbentuk dan bisa dipercepat proses dengan teknologi modifikasi cuaca," imbuh Fachri.
Sebelumnya, Kepala BNPB Letjen Doni Monardo mengatakan hampir 50 ribu personel dikerahkan untuk karhutla di enam provinsi. Helikopter water boombing yang dikerahkan berjumlah 48 buah.
"Petugas yang menangani karhutla sampai dengan hari ini sudah mendekati 50 ribu orang terbagi di enam provinsi yaitu Riau, Jambi, Sumsel, Kalbar, Kalteng dan, Kalsel. Belum lagi sejumlah relawan yang secara kelompok ikut terlibat mungkin tidak sempat melapor ke pimpinan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD). Kemudian untuk helikopter sudah ada 48 unit helikopter yang tersebar di enam provinsi tadi sejauh ini pun kegiatan dengan penanganan heli water boombing," kata Doni dalam jumpa pers di Gedung Graha BNPB, Jalan Pramuka, Jakarta Timur, Senin (23/9).dtc