Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Kekayaan lokal yang bersumber dari ragam budaya yang ada di Sumatra Utara, menjadi sumber kreatif yang tak ada habis-habisnya untuk digali. Termasuk digubah ke dalam bentuk sastra anak. Potensi itu pun dilirik Balai Bahasa Sumatra Utara (BBSU) sebagai fokus kerja mereka ke depan. Demikian dikatakan salah seorang peneliti BBSU Sahril, yang menjadi salah seorang pemantik diskusi "Sastra Anak". Diskusi dihelat di Pertemuan Sastrawan III yang digagas BBSU, di kantor mereka, Jalan Kolam Ujung Medan Estate, Kamis (26/9/2019).
Daerah lain sudah punya fokus. Misalnya Balai Bahasa Jawa Barat kajiannya perempuan. Yogya sastra etnik. Untuk Sumut kita berharap sastra anak," kata Sahril.
Dijelaskan Sahril, sastra anak penting dikembangkan sebagai bagian dari edukasi. Dalam proses penulisannya, sastra anak bisa ditulis oleh orang dewasa menyesuaikan bacaan yang sehat untuk anak dan juga bisa ditulis sendiri oleh anak.
Diskusi berlangsung dinamis. Salah seorang peserta Agus Susilo, mengingatkan jangan sampai sastra anak yang ditulis sastrawan justru mengintervensi dunia anak. Sebab menurut Agus, anak punya dunia sendiri yang bisa saja beda dengan frame atau maunya sastrawan.
Agus merespon pendapat Titan, peserta diskusi lainnya, yang mengemukakan pendapat, bahwa sastra anak seturut dengan zamannya. Diksi sastra anak tidak boleh dipaksakan dengan diksi yang belum tentu mereka kenal, karena berbeda zaman.
Peserta lainnya, Hafiztaadi mengutarakan pandangan dari sudut yang berbeda. Hafiz menyoroti kecenderungan pola didik yang salah, dimana kehidupan anak dirampas, atas nama pendidikan.
"Banyak sekolah yang merampas kehidupan anak, misalnya dengan metode belajar full time. Ini juga bagian dari masalah anak Indonesia sekarang ini," kata Hafiz.
Peserta lain, Teja Purnama menjelaskan, daya keterbacaan dan pemahaman anak terhadap sebuah karya sastra berbeda-beda sesuai latarbelakangnya. Karena itu, menurut Teja, sastra anak tidak semata-mata dongeng, legenda dan sebagainya.
"Puisi yang ditulis Joko Pinurbo seperti berjudul 'Celana' Ibu' ditulis dalam pendekatan bahasa anak, meskipun puisi itu belum tentu sastra anak. Tapi bagi sebagian anak khususnya dalam keluarga Kristen, diksi dalam puisi itu akrab dan hidup dalam keseharian mereka," jelasnya.