Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Jakarta - Windi Septia Dewi, wanita asal Medan, Sumatera Utara memilih untuk banting setir dari profesi awalnya sebagai penyiar radio di Prambors Medan, menjadi seorang pengusaha ikan teri. Windi yang merupakan lulusan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara memang bercita-cita ingin menjadi pengusaha, sedangkan menjadi penyiar radio adalah hobinya.
"Saya dulu sebenarnya penyiar radio, terakhir di Prambors Medan. Karena saya tamatan ekonomi, saya berpikir apa ya yang bisa mengaplikasikan ilmu-ilmu yang saya dapat di kampus. Dan ternyata saya melihat, karena saya lahiran Medan, memang banyak wisatawan lokal maupun asing mencari teri medan," kata Windi kepada detikcom, Senin (30/9/2019).
Windi sendiri mulai menjual teri pada tahun 2013. Ia memasarkan produknya dengan nama Teri Bajak Medan. Windi melihat pilihannya untuk memulai usaha tersebut sebagai langkah yang tepat ketika mulai banyak permintaan dari rekan-rekannya yang tengah mencari teri medan.
"Biasa sebagai penyiar radio sering saya juga jadi MC (Master of Ceremony). Jadi banyak teman-teman dari event organizer (EO) dari Jakarta yang menanyakan teri medan. Lalu saya membantu mereka mencarikan teri medan. Karena tambah lama, tambah banyak, ya sudah saya bisniskan saja," jelas Windi.
Selama satu tahun Windi menjalankan dua profesi, sebagai penyiar radio sekaligus juragan ikan teri. Akhirnya, di tahun 2014 ia memutuskan untuk berhenti sebagai penyiar dan fokus di usahanya tersebut.
"Saya sekarang sudah full di sini (jadi pengusaha). Dulu itu saya 2013 mulainya, saya berhenti menyiar 2014. Karena saya lulus kuliah 20212, 2013 mulai jadi penyiar, 2014 masih siaran tapi lama-lama memang harus memilih. Karena tidak bisa konsentrasi juga kalau dua-duanya," tuturnya.
Kemudian, selama 1,5 tahun, Windi memasarkan produknya melalui sosial media. Lalu, karena banyaknya pesanan ia memilih untuk membuka sebuah toko di pusat kota Medan dengan menggaet temannya yang bernama Vanessa Harahap. Kini, Windi dan Vanessa memiliki 5 orang karyawan yang membantu produksi teri medannya.
"Lalu di tahun 2015 saya buka toko, jadi sudah 1,5 tahun jual online saya buka toko. Ketika toko dibuka sudah sama Kak Vanessa. Saya sekarang bukan sendiri lagi menjalankan Teri Bajak ini, karena memang butuh teman untuk berpikir. Tim produksi sekarang ada 5 orang, 7 termasuk saya dan Kak Vanessa" papar Windi.
Ia mengungkapkan, dalam satu hari produksi tokonya mencapai 50-70 bungkus ikan teri medan. Selain memasarkan di tokonya, Windi juga menitipkan produknya di pusat oleh-oleh Medan seperti Medan Napoleon, dan dua pusat oleh-oleh lainnya di Bandara Internasional Kualanamu.
Windi pun sudah pernah beberapa kali menjual produknya ke Malaysia, Singapura, Paris, dan Belanda. Hanya saja, untuk di Paris dan Belanda ia tak mengekspor langsung, melainkan menitipkan produknya kepada kerabatnya yang akan melancong ke dua negara tersebut.
"Kemarin sempat ada yang dari Paris dan Belanda itu titip dari saudara di sini yang mau berangkat ke sana," ucapnya.
Windi membeberkan, dengan modal awal Rp 500.000, kini ia sudah bisa meraup omzet hingga puluhan juta per bulan.
"Waktu mulai modal saya sedikit sekali hanya Rp 500.000. Kalau omzet sampai puluhan, ya sampai pasti. Intinya kita punya pegawai yang jadi tanggung jawab kita. Alhamdulillah bisa menggaji pegawai dan menggaji diri kita sendiri juga," imbuh dia.
Meski sudah menggeluti usaha ini selama kurang lebih lima tahun, menurut Windi ia masih perintis dan masih banyak kekurangan. Namun, ia mengatakan bahwa kunci dari berwirausaha adalah tak takut kegagalan.
"Menurut saya usaha lima tahun masih baru, masih merintis. kecuali punya modal besar, kebetulan saya bukan orang yang punya modal besar, jadi merintis. Saya cuma bisa bilang di dunia bisnis yang saya jalani masih baru ini naik turun, kadang di atas, kadang di bawah. Tapi balik lagi, jangan takut buat berbisnis," ucap Windi.
Windi berpendapat, meski pendapatannya masih belum terbilang besar karena masih naik-turun, namun sisi positifnya adalah ia bisa mencari nafkah sembari menghabiskan waktu dengan keluarga. Windi sendiri merupakan ibu dari satu anak. Sehingga, meluangkan waktu untuk hadir di keluarganya adalah hal yang lebih penting ketimbang mencari untung.
"Saya sudah menikah dan anak saya satu. Jadi yang saya rasakan dengan usaha ini memang positifnya bisa mengatur antara keluarga dan usaha. Kalau siaran kan terpatok sama jam," pungkas Windi. dtc