Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Medan. Keputusan buyer (pembeli) luar negeri yang memangkas order karet dan barang dari karet asal Sumatra Utara (Sumut) berdampak negatif terhadap realisasi ekspor karet Sumut. Per Agustus 2019, ekspor karet Sumut anjlok 9,99% atau US$ 81,349 juta menjadi US$ 732,752 juta dari US$ 814,101 juta di periode sama tahun 2018.
Sekretaris Eksekutif Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo) Sumut, Edy Irwansyah, mengatakan, permintaan yang menurun memang sangat mempengaruhi ekspor karet Sumut. "Pasti ini karena industri yang masih kurang menggembirakan sehingga permintaaan bahan baku pun otomatis menurun. Lagi-lagi ini dampak perlambatan ekonomi global," katanya, Senin (7/10/2019).
Selain karena permintaaan yang menurun, kinerja ekspor karet yang minus juga karena pengurangan ekspor melalui skema Agreed Export Tonnage Scheme (AETS). Skema ini dilakukan untuk mengantisipasi pergerakan harga karet internasional.
AETS merupakan kesepakatan di antara tiga negara anggota komite karet tripartit internasional (International Tripartite Rubber Council/ITRC) yakni Indonesia, Malaysia, dan Thailand untuk mengurangi volume ekspor karet alam sebanyak 240.000 ton. Dari jumlah itu, pengurangan ekspor Indonesia sebanyak 98.160 ton.
"Mengingat Sumut merupakan salah satu sentra karet di Indonesia, maka pengurangan ini akan sangat mempengaruhi realisasi ekspornya," kata Edy tanpa merinci berapa jatah pengurangan untuk Sumut sejak pembatasan dilakukan 1 April lalu.
Edy mengatakan, kebijakan ini tentu sebuah pil pahit bagi pabrik crumb rubber. Tapi harus dijalankan karena ini demi mengerek harga karet. Pengusaha pun berharap, kinerja ekspor bisa mencatatkan hasil yang positif di akhir tahun nanti.