Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Asosiasi Peternak Babi (Asperba) Sumut menyebut omset penjualan babi mengalami penurunan sejak wabah atau virus kolera menyebar.
"Sejak September kemarin sudah ada penurunan omset. Kalau saat ini penurunan penjualan sudah mencapai 50 %," kata Pengurus Asperba Sumut, Hendri Duin, ketika ditemui, Rabu (6/11/2019).
Kata dia, harga jual babi juga mengalami penurunan. Menurutnya, biasanya harga jual babi mencapai Rp 28 ribu/kg, sementara saat ini hanya Rp 23 ribu/kg.
"Jadi peternak mengeluh," jelasnya.
Selain itu, Hendri Duin juga berharap ada bantuan Pemprov Sumut kepada peternak yang mengalami kerugian. "Adalah semacam subsidi pemerintah, itu yang kami harapkan. Mengenai besaranya biar pemerintah yang atur," ungkapnya.
Anggota DPRD Kota Medan Fraksi PDIP ini meyakini, virus kolera tidak ada menyerang babi milik peternak besar. Pasalnya, para peternak besar selalu menjaga hewannya dan melakukan vaksinasi.
"Vaksin itu dilakukan kepada babi yang berusia 30 hari, setelah dipisah dari induknya," ungkapnya.
Politikus PDIP yang memiliki ternak babi di Kabupaten Karo itu mengaku sejak merebak isu virus kolera, ia secara rutin melakukan semprot bio security.
"Sebelum ada wabah ini, biasanya dua minggu sekali disemprot. Sekarang dua hari sekali," jelasnya.
Kata dia, babi yang terkena virus kolera tidak akan menular ke manusia. Sejak adanya isu virus kolera, Henri mengaku penjualan babi mengalami penurunan hingga 50%.