Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Medan. Harga minyak mentah kelapa sawit atau crude palm oil (CPO) terus naik dan kini mendekati RM 2.700/metrik ton, tepatnya RM 2.695/metrik ton. Harga CPO terus meroket dari sebelumnya RM 2.562/metrik ton.
Kenaikan harga CPO didorong oleh kenaikan harga minyak mentah dunia. Selain itu, juga dipicu persediaan (stok) CPO yang menipis karena musim kering ditambah dengan kabut asap yang mengganggu sebelumnya. Faktor lainnya, kondisi iklim politik Malaysia dan India yang masih memanas ikut berkontribusi terhadap kenaikan harga CPO.
Pengamat ekonomi Sumut, Gunawan Benjamin, mengatakan, tren kenaikan harga CPO sejauh ini paling utama dipengaruhi oleh dua faktor besar, yakni persediaan yang turun ditambah dengan ketidakharmonisan hubungan politik India-Malaysia.
"Sisi persediaan CPO memang turun belakangan. Namun, yang perlu dicatat adalah kenaikan harga CPO di saat musim paceklik, tidak berpengaruh signifikan kepada petani sawit. Karena memang kenaikan harga tersebut mengkompensasi produktivitas yang mengalami penurunan," katanya, Sabtu (23/11/2019).
Saat ini, petani relatif lebih diuntungkan dengan faktor politik yang mendongkrak harga sawit belakangan ini. Karena dari sisi permintaan, konsumsi CPO yang diperuntukkan untuk campuran biodiesel memang bisa mendongkrak permintaan.
Petani bisa berpatokan kepada konsumsi CPO tersebut sebagai landasan dalam melihat prospek bisnis sawit dalam jangka panjang. Indonesia di tahun depan akan mengkonsumsi CPO sebanyak 30% sebagai campuran biodiesel, sementara Malaysia baru akan menerapkan 20% atau B20.
"Jadi sentimen ini yang sebenarnya lebih menggambarkan apa yang akan terjadi pada bisnis sawit di tahun-tahun yang akan datang," kata Gunawan.
Untuk itu, pemerintah diharapkan serius untuk mengeksekusi kebijakan B30 tersebut. Perang dagang yang terjadi belakangan ini justru menimbulkan ketidakpastian terhadap harga sawit. Harga CPO kerap naik turun tanpa arah yang jelas jika mengikuti perkembangan perang dagang yang juga belum menemukan titik pasti kapan akan berakhir.
Sentimen kenaikan harga minyak mentah dunia memang berpengaruh terhadap CPO. Namun lagi-lagi harga minyak mentah ini adalah sentimen eksternal yang belakangan juga terus berubah-ubah. Tren pergerakan mata uang Ringgit disisi lain juga kerap berfluktuasi. Sehingga tidak bisa dipastikan mata uang Ringgit tersebut sebagai acuan dalam melihat prospek harga CPO dalam jangka panjang.
"Jadi untuk menumbuhkan rasa optimis dari petani sawit, yang paling masuk akal dan berkesinambungan adalah dengan menyerap sawit sebagai bahan baku yang komposisinya terus dinaikkan. Tidak boleh bergantung kepada hubungan politik Malaysia-India, harga minyak mentah dunia, perang dagang, hingga pergerakan kurs mata uang," kata Gunawan.
Konflik diplomatik antara Malaysia dan India soal wilayah Kashmir mulai berimbas pada perdagangan kedua negara. Sebuah asosiasi yang cukup berpengaruh di India menyerukan kepada para anggotanya untuk berhenti membeli minyak sawit dari Malaysia.
Pada bulan lalu, Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad mengatakan kepada Perserikatan Bangsa-Bangsa bahwa India "menginvasi dan menduduki" Kashmir.
Sejak itu, para pembeli minyak sawit di India beralih mencari suplai dari negara lain seperti Indonesia karena adanya kekhawatiran bahwa Perdana Menteri Narendra Modi akan mengekang pembelian minyak sawit Malaysia.