Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Labuhanbatu. Nenas pane merupakan salah satu oleh-oleh pelancong jika ke Kabupaten Labuhanbatu, sekaligus menjadi ikon kabupaten yang diapit oleh Kabupaten Labuhanbatu Utara (Labura) dan Kabupaten Labuhanbatu Selatan (Labusel) itu. Namun, kini tanaman nenas pane semakin sulit dijumpai. Kalau pun ada, bentuk dan rasanya telah mengalami pengurangan. Karenanya, Dinas Pertanian (Distan) Labuhanbatu kembali mempertahankan dengan pola pembudidayaan yang baik.
“Selama ini pola tanam kurang baik dan berdampak semakin berkurangnya nenas pane di pasaran,” ujar Kepala Distan Labuhanbatu, Agussalim Ritonga melalui Kepala Bidang (Kabid) Pertanian, Aidil Masyhur, didampingi Kabid Sarana dan Prasarana, Imran kepada wartawan, Jumat (13/12/2019).
Saat ini, katanya, sekitar 3 dari 10 hektar lahan Kelompok Tani Mekarsari 1 di Desa Sei Kasih, Kecamatan Bilah Hilir dijadikan lahan pembudidayaan nenas pane. Dimulai sejak September 2019, dengan perkiraan panen sembilan bulan mendatang.
“Program ini bertujuan untuk mempertahankan keberadaan nenas pane yang termasuk ikon di Labuhanbatu. Selama ini pola tanam petani masih otodidak,” sebutnya.
Program tanaman tertata ini, sambung Aidil, petani dibina agar memakai pola sekali tanam dengan memakai jarak kosong untuk lokasi berjalan serta waktu tanam yang tidak sembarangan. Dengan begitu, panen nenas oleh petani dapat ditaksir setiap bulannya.
Melalui Distan Labuhanhatu, lanjut Aidil, pemerintah setempat juga melakukan pendampingan teknis kepada petani selain bantuan sarana produksi pembiayaan mulai dari pengupahan tenaga kerja, pengimasan, penanaman hingga penyiangan pelepah.
Dengan adanya program tersebut, pihaknya berharap pembinaan penanaman nenas pane menjadi contoh bagi petani lainnya agar mengikuti pola tanam baik demi menjaga keberlangsungan tanaman rakyat yang menjadi ikon di Kabupaten Labuhanbatu itu.