Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Tanah Karo. Dua bulan belakangan harga kol (kubis) di perladangan (lelang-red) terus mengalami penurunan. Pembelian di tingkat petani di Kabupaten Karo, Sumatra Utara, saat ini hanya Rp 400/kg.
"Terus mengalami penurunan harga sejak dua bulan lalu. Jika dirata-ratakan, perminggunya turun Rp 200 perkilogramnya. Oktober harga pelelangan di tingkat petani Rp 1.200 perkilogramnya", ujar An Wie, seorang pengirim produk hortikultura antarpulau kepada medanbisnisdaily.com, Senin (16/12/2019).
Menurutnya, penurunan harga terjadi karena tidak sebandingnya kebutuhan/permintaan konsumen dengan jumlah produksi. Panen yang berlimpah seiring kosongnya permintaan ekspor keluar negeri, diprediksi sebagai pemicu anjloknya harga. Pemasaran kubis asal Tanah Karo hanya sebatas antarpulau dalam negeri.
"Penjualan di Jakarta Rp 45.000 per rajut berat 20 kilogram, atau setara Rp 2.250 perkilogramnya. Sementara biaya produksi panen, meliputi upah pekerja, tali, rajut, langsir, bongkar muat dan lain-lain mencapai Rp 600-Rp 700 perkilogram. Ongkos pengiriman (ekspedisi) Rp 1.300 perkilo. Jika ditotal, biaya sampai Jakarta mencapai Rp 2.400/Kg. Pedagang rugi Rp 150 perkilogram", beber An Wie.
Samsir Sembiring, petani kol yang ditemui medanbisnisdaily.com dikawasan Kecamatan Naman Teran, mengaku sangat sedih dengan kondisi harga jual kubis saat ini. Dirinya beserta petani lainnya berharap Pemkab Karo kedepannya mencari solusi. Pangsa pasar baru atau pengembangan produk pasca panen, semisal menjadikan kuliner produk home industri atau pabrikan menjadi "PR" pemerintah.