Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Labura. Kabupaten Labuhanbatu Utara (Labura), Sumut, termasuk daerah yang akan mengikuti pilkada serentak pada September mendatang. Para bakal kandidat dan para pendukungnya sudah mulai mempersiapkan strategi merebut hati masyarakat. Selain visi misi maupun gagasan, tak jarang kesamaan identitas juga menjadi pilihan tambahan bagi warga.
Yusuf Bahri Pohan, warga Labura yang juga Sekretaris Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI) Kabupaten Labura, menilai kans kemenangan Drs. Dwi Prantara MM, Wakil Bupati Labura saat ini, cukup besar. Pasalnya, alumni IKIP Yogyakarta itu sudah puluhan tahun mengabdi sebagai guru di salah satu SMA terfavorit di Labura. Selain itu, pengalamannya di birokrasi juga menjadi perhitungan tersendiri. Dwi juga tercatat sebagai pengurus Putra Jawa Keturunan Sumatera (Pujakesuma) di Labura.
"Dwi Prantara yang mempersiapkan diri sebagai calon independen berpasangan dengan Edi Sampurna Rambey, kans beliau sangat besar, di mana keduanya keterwakilan suku mayoritas di Bumi Basimpul Kuat Babontuk Elok ini. Dwi Prantara yang merupakan calon Wakil Bupati pada pemilukada sebelumnya kita akui bisa merangkul masyarakat Pujakesuma di Labura," kepada medanbisnisdaily.com, Selasa (7/1/2020).
Dikatakan Yusuf, sebagai daerah yang bisa jadi tak lepas dari politik identitas, akan sangat mudah bagi Dwi membangun kedekatan dan menyamakan persepsi suku Jawa agar satu pemahaman dalam pembangunan di Labura.
Di masa orde baru, Labuhanbatu (sebelum pemekaran) juga masuk dalam daerah Transmigrasi.
"Ada informasi, Suku Jawa di Labura sekitar 40%. Ini tidak bisa dianggap isapan jempol, hal ini harus menjadi perhatian bagi calon lain," kata Yusuf.
Kemudian, lanjut Yusuf, ada Edi Sampurna Rambey yang didaulat akan menjadi pasangan Dwi. Keberadaan Edi akan menjadi keterwakilan dari Suku Batak, di mana Edi juga tidak kalah hebat karena pernah menjabat sebagai Sekretaris Daerah Kabupaten Labura.
"Tentu Pak Edi juga punya basis massa yang tak bisa dipandang sebelah mata," kata Yusuf.
Yusuf menjelaskan bahwa ada 2 latar belakang masyarakat dalam menentukan pilihan politik, yakni pragmatis yang didasari untung rugi sesaat, dan pemilih ideologis, yakni melihat ke arah kesamaan visi misi calon.
"Pemilih ideologis ini harus didekati secara persuasif dengan menyentuh emosional pemilih tersebut. Pemilih ideologis cendrung lebih sulit merubah pilihan jika sudah menentukan. Bapak Dwi Perantara bisa menggaetnya pemilih ini dengan menyentuh emosional dengan filosofis 'tunggal sekapal'," tambah Yusuf.