Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Langkat. Ratusan warga Desa Tanjung Lenggang, Kecamatan Bahorok, Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatra Utara, Jumat (10/1/2020) malam membakar rumah yang dijadikan markas pereman berinisial A. Karena tidak ketemu si A, massa juga membakar 1 unit mobil Daihatsu Taft Rocky dan 1 motor milik kepala pereman berinisial A itu.
Tiga orang komplotan pereman yang berada di markas itu juga babak belur dihajar massa Desa Tanjung Lenggang.
Menurut informasi yang dikumpulkan medanbisnisdaily.com dari beberapa warga Desa Tanjung Lenggang, kemarahan warga akibat komplotan pereman telah menyekap seorang bayi bernama Septiana (2 bulan) dan ibunya bernama Encak (28), karena suaminya memiliki hutang terhadap si A.
Hingga berita ini dilaporkan, belum diketahui persis identitas korban amukan massa maupun identitas kepala komplotan pereman. Polres Langkat dibantu Polsek Bahorok dan jajaran Kodim 0203/Langkat hingga Sabtu (11/1/2020) sore masih melakukan penjagaan lokasi, karena ratusan massa masih berkumpul TKP.
Kasat Reskrim Polres Langkat, AKP Teuku Fathir Mustafa, melalui pesan WhatsApp-nya membenarkan kejadian itu.
"Kami saat ini berada di TKP, sedang kami lakukan olah TKP dan penyelidikan. Sudah ada 10 saksi yang kami periksa," ungkapnya.
Ditanya tentang adanya korban meninggal dunia dalam aksi tersebut, AKP Fathir Mustafa belum bersedia menjawabnya.
"Perkembangan selanjutnya nanti kami infokan," tulis WA AKP Fathir Mustafa.
Sebelumnya, warga Tanjung Lenggang menyebutkan, kepala pereman, A, dan beberapa anggotanya melakukan penyanderaan terhadap seorang ibu dan dan bayinya yang baru berusia 2 bulan.
"Alasan penyanderaan yang dilakukan A dan kroninya, karena suami Encak, korban yang disekap memiliki hutang kepada A. Tapi itu menurut kami hanya sebagai alasan saja," ungkap puluhan masyarakat Tanjung Lenggang Sabtu sore.
Diungkapkan warga, aksi penyanderaan yang dilakukan A sedah 2 kali.
Ini harus mereka lakukan, agar menjadi perhatian penegak hukum, dan peristiwa atau aksi premanisme serupa tidak terulang lagi. Tindakan A sudah tidak dapat ditolelir lagi oleh masyarakat. Belum lagi aksi pemerasan dan kejahatan lain yang dilakukan A dan kroni-kroninya.
"Ini merupakan tindakan tegas masyarakat untuk menyelamatkan dan menjawab segala kekesalan. Bayangkan saja, tega si A menyandera bayi berusia yang masih merah. Ini murni gerakan menjawab kekesalan dan keresahan masyarakat, tindakan A dan kroninya sudah sangat diluar batas kesabaran masyarakat," ungkapnya lagi.