Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Syahdan, kesehatan itu nomor wahid. Sampai sampai seorang pujangga Romawi, Virgil, pernah berkata bahwa, the greatest wealth is healt. Kekayaan terbesar adalah kesehatan.
Tidaklah mencengangkan manakala belanja kesehatan di Indonesia sepanjang 2013, seperti pernah ditulis oleh sebuah majalah ekonomi terbitan Jakarta, mencapai sekitar Rp 340 triliun. Bahkan, menurut Frost and Sullivan, sebuah lembaga internasional yang rajin mencermati indeks kesehatan di Indonesia pada 2018, total belanja kesehatan di Indonesia akan mencapai Rp 696,9 triliun. Tahun 2019 tentu lebih besar lagi. Sungguh, suatu bisnis yang gemuk.
Barangkali itulah sebabnya mengapa banyak kelompok bisnis raksasa di negeri ini yang berduyun-duyun bergerak dalam bisnis industri kesehatan. Katakanlah, seperti grup Sinar Mas, Sahid, Ciputra, Mayapada, Kalbe dan Lippo grup. Mereka banyak mengelola rumah sakit, apotik dan laboratorium. Tak terkecuali di Medan juga banyak berdiri rumah sakit baru dengan investasi yang tidak kecil.
Tetapi, entah kenapa, orang Indonesia pun tetap ramai-ramai berobat ke luar negeri, seperti ke Singapura dan Penang, Malaysia. Sampai muncul istilah medical tourisme alias wisata kesehatan. Menurut data, sedikitnya 600.000 orang Indonesia yang berobat ke luar negeri saban tahun, yang menelan biaya sampai US$ 1,4 miliar. Biayanya pun tidak lebih murah, tapi orang rupanya mencari teknologi pengobatan yang terbaru, serta pelayanan yang nyaman dan sugestif.
Padahal dari segi keahlian dan pengetahuan, tenaga medis di negeri ini, baik kedokteran dan perawat tidak kalah dengan tenaga kesehatan di negeri tetangga. Bahkan, tak sedikit dokter di Penang misalnya adalah lulusan Fakultas Kedokteran di Universitas Sumatera Utara (USU) Medan. Boleh jadi masalahnya adalah mutu pelayanan yang memuaskan, sehingga menimbulkan kepercayaan yang tinggi di mata pasien.
Tak pelak, diimbau kiranya pelaku industri kesehatan domestik di Indonesia, termasuk di kota Medan, harus meningkatkan teknologi pengobatan dan pelayanan yang prima.