Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Setelah mengkritik calon tunggal di Pilkada Medan sebagai antidemokrasi, pengamat politik, Sohibul Ansor Siregar memuji sosok Akhyar Nasution, politikus PDIP yang saat ini menjabat Pelaksana Tugas (Plt) Wali Kota Medan. Menurutnya, PDIP akan kehilangan marwah sebagai partai pemenang pemilu apabila tidak mengusung kader sendiri yang saat ini berstatus petahana.
"Semua keputusan berada di Jakarta, masing-masing pimpinan partai. Tapi, sangat disayangkan apabila PDIP tidak mengusung kadernya sendiri, yakni Akhyar," katanya ketika dihubungi, Jumat (24/1/2020)
PDIP sebagai pemenang Pemilu di Medan, ujar Sohibul, bisa mengusung pasangan calon sendiri di Pilkada. Apabila PDIP ikut mendukung Bobby Nasution, maka akan muncul calon tunggal.
"Ingat Pilkada 2015tingkat partisipasi masyarakat sangat rendah. Karena apa, pertarungan yang kurang menarik. Kalau pada akhirnya Akhyar sebagai petahana bertarung dengan Bobby tentu akan menarik. Masyarakat akan tertarik memilih, itu baik untuk demokrasi dan bisa mendongkrak partisipasi pemilih. Beda hal ketika hanya calon tunggal, partisipasi akan rendah," jelasnya.
BACA JUGA: Pengamat: Calon Tunggal Anti Demokrasi, Resistensi ke Jokowi akan Meningkat
Koordinator lembaga Pengembangan Basis Sosial Inisiatif dan Swadaya (nBasis) ini menilai, Akhyar sebagai sosok yang bersih dan dikenal berpikir praktis dan efektif. Bagaimana mendapatkan sesuatu tanpa harus menyusahkan orang lain.
“Ada politisi yang ketat, ada juga yang fleksibel. Beliau (Akhyar Nasution) ini ada di nomor satu. Karena sesungguhnya dia kan orang pekerja. Insinyur yang nasionalis dan religius. Itu dapat kita ketahui sejak beliau pernah menjadi anggota DPRD Kota Medan,” jelasnya.
Shohibul pun melihat bahwa cara memimpin seorang Akhyar Nasution lebih ke arah menyelesaikan tugas secara efektif dan efisien. Apalagi beberapa kolega dan teman-teman memandang Akhyar sejak dahulu sebagai orang/politisi yang jujur apa adanya.
Pun begitu, Shohibul menilai Akhyar Nasution sebagai politikus pekerja, nama Plt Wali Kota Medan itu menurutnya sudah banyak belajar dari pengalaman di partai politik, para kolega dan teman-teman yang selama ini memberikan masukan.
“Itu jugalah yang membuat namanya dikenal. Dia hampir tidak pernah membuat sesuatu yang buruk dan berpotensi merusak hubungan. Bahkan saat aktif sebagai Wakil Wali Kota Medan, Akhyar Nasution juga seperti memahami bahwa kehadirannya untuk membantu atasan,” tambah Shohibul.
Pendapat Sohib itu pun kemudian dibuktikan dengan hubungan antara Akhyar dan Dzulmi Eldin selaku wali kota hampir tidak terdengar ada wacana ‘tak harmonis’ antara kepala daerah dan wakilnya.
“Yang pasti, dengan kesederhanaannya, Akhyar Nasution kini sudah belajar dari senior-senor dan pendahulunya. Seorang kader di partai nasionalis, tetapi punya sisi religius yang tinggi. Secara politik agak kurang selaras memang, tetapi itulah Akhyar. Kader yang nasionalis religius,” pungkasnya.