Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. Negara-negara Britania Raya, yakni Inggris, Wales, Skotlandia, dan Irlandia Utara resmi cerai dari Uni Eropa (UE). Peristiwa yang disebut Britain Exit (Brexit) itu menimbulkan kekhawatiran akan ketidakpastian perekonomian global. Lantas, bagaimana dampak Brexit ke perekonomian Indonesia?
Menurut Direktur Eksekutif Kepala Departemen Komunikasi BI Onny Widjanarko, fenomena Brexit ini tak begitu memberi dampak besar terhadap perekonomian Indonesia.
Onny mengatakan pasar Indonesia di Eropa tak terlalu besar. Onny menilai dampak perang dagang AS-China lah yang akan lebih terasa karena Indonesia lebih banyak ekspor ke dua negara tersebut.
"Kalau dilihat dari hubungan dagang kan nggak besar. Yang lebih berdampak kan China dan Amerika. Karena ekspor kita ke dua negara itu kan besar," kata Onny usai menghadiri launching Mohammad Hatta Center (MHC) di Museum Bank Indonesia (BI), Jakarta, Sabtu (1/2/2020).
Meski begitu, ia tak mau meremehkan dampak Brexit ini terhadap perekonomian Indonesia. Sehingga, BI akan tetap waspada agar tak timbul gejolak ke Indonesia sendiri.
"Tapi kita mesti lihat dulu, nggak bisa langsung. Ya kita pantau saja, tapi kita nggak berani mengecilkan," tutur Onny.
Dalam kesempatan yang sama, Mantan Gubernur BI Agus Martowardojo mengatakan hal yang sama.
"Risiko dari Brexit itu tidak seburuk yang kita perkirakan. Tapi kita tetap waspada dengan ekonomi dunia dengab adanya geopolitik dan juga tantangan yang harus dihadapi oleh Indonesia kedepan," papar Agus.
Justru, menurut Agus Brexit ini bisa jadi peluang untuk Indonesia. Dengan terpisahnya United Kingdom (UK) dari Eropa, maka ada peluang untuk menciptakan hubungan dagang baru.
"Justru kita melihat bahwa Inggris yang sekarang sudah lepas dari Eropa tentu dia harus membangun semua hubungan perdagangannya dengan banyak negara kembali. Karena sebelumnya dalam satu kesatuan dengan Eropa. Jadi hal ini tentu merupakan peluang bagi Indonesia atau pun negara-negara yang selama ini secara konvensional berdagang dengan Eropa. Jadi ini harus disambut baik oleh Indonesia," pungkas Agus.(dtf)