Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. Bank Indonesia (BI) menilai merebaknya virus corona yang terjadi di China dapat mengganggu laju inflasi nasional. Selama ini pemerintah dan BI berhasil menjaga inflasi di level rendah. Terbukti pada tahun 2019 laju inflasi di level 2,72% atau di bawah target.
Guna mengantisipasi itu, BI sudah memasukan risiko dari virus corona pada target inflasi tahun 2020. Selain virus corona, BI juga mengakomodasi berbagai risiko baik dari luar dan dalam negeri yang bisa berdampak pada laju inflasi nasional.
Deputi Gubernur BI Dody Budi Waluyo mengatakan BI juga telah memperhitungkan berbagai risiko dari eksternal dan dalam negeri yang mampu menekan angka inflasi nasional. Target inflasi yang ditetapkan BI sebesar 3% plus minus 1% di tahun 2020.
"Saat kita hitung inflasi proyeksi tadi, kita sudah perhitungkan resiko yang muncul menekan inflasi, baik itu isu global seperti virus corona, harga komoditas global naik, itu sudah dihitung. Termasuk risiko domestik apabila ada penyesuaian harga yang diatur pemerintah," kata Dody di kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, Kamis (13/2/2020).
Pemerintah melalui tim pengendali inflasi pusat (TPIP) juga menetapkan target inflasi harga pangan bergejolak atau volatile food sebesar 4% plus minus 1% pada tahun 2020. Penetapan target itu menjadi yang pertama kali dilakukan lantaran sektor tersebut memiliki andil yang besar terhadap pembentukan inflasi nasional.
Dody mengungkapkan arah kebijakan BI sendiri tetap akomodatif. Maksudnya terus menjaga laju inflasi di level rendah melalui bauran kebijakan-kebijakan moneter yang tidak berasal dari suku bunga saja.
"Kami cukup confidence dengan inflasi itu masuk range sehingga stance kita terakhir di RDG posisi kebijakan moneter kita akan akomodatif," ujarnya.
Menurut Dody, BI dengan pemerintah melalui TPIP juga akan menerapkan kebijakan-kebijakan pengendalian inflasi melalui ketersediaan pasokan, kelancaran distribusi barang, komunikasi efektif, dan keterjangkauan harga.
"Empat K ini jadi faktor kita untuk knedalikan infalsi, khususnya inflasi pangan volatile food," ungkap Dody.(dtf)