Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Bahasa Indonesia itu unik. Kadang untuk menjelaskan kata benda jamak harus "menempel" atau dengan "mempekerjakan" kata kerja di belakangnya.
Contoh kalimat, "burung itu berterbangan". Padahal dalam bahasa Inggris kalau kata benda jamak tinggal tambah "S". Sedangkan di bahasa Indonesia, dengan "mempekerjakan" kata kerja "terbang" menjadi "beterbangan" sudah menjelaskan bahwa burung yang dimaksud lebih dari satu (jamak).
Demikian dikatakan ahli bahasa Indonesia, Amrin Saragih saat memandu seminar nasional "Bahasa dan Sepeda Bangsa" yang digelar Balai Bahasa Sumatra Utara. Seminar berlangsung di Le Hotel, Medan, Kamis (20/2/2020).
Amrin juga menyebut, dalam berkomunikasi orang Indonesia juga suka menggunakan perantara "orang ketiga" saat menyatakan pendapat. Misalnya kalimat 'Sudah di sini dia rupanya. Katanya mau kemari dia". Kata "katanya" meminjam orang ketiga (nya).
Seminar berlangsung dinamis, saat pengamat sosial, yang juga peserta seminar, Shohibul Anshor Siregar, menyebut penjajahan di Indonesia juga terjadi di aspek bahasa oleh anak bangsanya sendiri. Salah satunya karena rasa minder para pejabat publik berbahasa Indonesia di forum internasional.
Kepala BBSU Maryanto, menegaskan seminar ini pada dasarnya untuk menggali lebih jauh posisi Barus sebagai muasal bahasa Indonesia yang diadopsi dari bahasa Melayu.
"Selama ini masyarakat menganggap bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu Riau, padahal dalam beberapa kajian, ia berasal dari Melayu Barus. Ini perlu digali apalagi pemerintah sudah menjadikan Barus sebagai "Kilometer Nol Peradaban Islam Nusantara".