Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. Merebaknya virus corona telah berimbas kemana-mana. Sektor pariwisata salah satunya, perusahaan agen travel pun merugi imbas virus corona yang makin meluas. Pasalnya, masyarakat mulai mengurangi keinginan berpergian karena kekhawatiran tertular corona.
Pengusaha menyebut agen travel bagaikan sudah jatuh tertimpa tangga. Awalnya, virus ini hanya menjangkit di China, dari situ para pengusaha agen travel membidik potensi wisata dari dan ke negara lain. Sialnya, virus corona mewabah ke banyak negara.
"Ibaratnya sudah jatuh tertimpa tangga. Tadinya kami masih mengharapkan menjual destinasi-destinasi lain di luar China, tapi ternyata semakin hari semakin meluas ke mana-mana," ungkap Sekjen Asosiasi Travel Agent Indonesia (Astindo) Pauline Suharno, Rabu (4/3/2020).
Pauline menyebut hal itu membuat rugi agen travel karena hingga kini minat orang berpergian semakin turun. Akibatnya penurunan penjualan paket wisata pun ikut merosot.
"Ini membuat usaha travel jadi merugi akibat menurunnya minat orang bepergian baik untuk business trip, leisure, ziarah. Penurunan penjualan yang sudah 60%, diperkirakan bisa lebih besar lagi. Angka pembatalan penumpang sudah naik 80% dan akan terus bertambah," kata Pauline.
Belum lagi menurut Pauline, beberapa larangan berpergian pun sudah diberikan. Belum lagi kewajiban karantina yang harus dilalui masyarakat sepulang dari luar negeri membuat orang semakin tidak ingin berpergian.
"Belum lagi peraturan perusahaan atau sekolah yang melarang staf atau muridnya masuk kerja maupun sekolah setelah pulang bepergian. Harus home quarantine 14 hari setelah tiba di Indonesia," sebut Pauline.
Melemahnya perusahaan agen travel pun menjadi ancaman bagi para karyawannya.
Perusahaan agen travel melemah karena makin sedikit orang yang mau berwisata. Ujungnya, karyawan agen travel pun terancam PHK karena melemahnya perusahaan. Pauline menyebut opsi tersebut sedang dipertimbangkan mengingat situasi yang makin tidak kondusif bagi kelangsungan usaha.
"PHK sedang dipertimbangkan jika kondisi tidak membaik dalam waktu dekat. Prediksinya akan memburuk, apalagi sudah mau mulai Ramadan, which is musim sepi," kata Pauline.
Meski belum ada yang melakukan PHK, menurut Pauline perusahaan agen travel sudah mulai memberikan beberapa karyawan cuti tanpa tanggungan alias unpaid leave imbas sepinya orang mau berpergian. Perusahaan juga sudah membatasi penambahan karyawan.
"Yang sudah dilakukan beberapa travel agent itu kasih unpaid leave. Terus tidak ada lagi pengangkatan karyawan yang masih kontrak, lalu tidak ada recruitment (karyawan) baru," sebut Pauline.
Waktu kerjanya pun sudah mulai dikurangi, yang biasanya hari Sabtu masih harus masuk beberapa agen travel sudah meliburkan karyawannya.
"Terus Sabtu kantor diliburkan. Udah nggak ada shift tambahan juga sekarang," kata Pauline.
Pemerintah sebetulnya sudah memberikan insentif untuk memulihkan dunia pariwisata, namun Pauline menyebut insentif itu kurang tepat. Lalu, apa sih yang diminta pengusaha agen travel?
Salah satu insentif yang diberikan pemerintah adalah dengan memberikan diskon tiket pesawat. Namun, menurut Pauline, pengusaha pariwisata apalagi agen travel lebih membutuhkan keringanan beban operasional.
"Insentif pemerintah itu untuk marketing, sedangkan sekarang ini harga seberapa murah pun belum bisa membangkitkan minat orang untuk bepergian. Apalagi dengan adanya wabah CoVid19 di Jakarta semakin membuat khawatir," kata Pauline.
Menurutnya, di beberapa negara seperti Singapura, Malaysia, dan Hong Kong justru memberikan keringanan operasional perusahaan.
Mulai dari pemotongan pajak penghasilan dan properti, penurunan bunga kredit bank khusus untuk industri pariwisata, penurunan tarif dasar listrik, bantuan tunai, kemudahan pinjaman modal untuk UMKM, hingga potongan biaya sewa kantor.
"Belum terlihat rencana pemerintah untuk meringankan beban pengusaha travel. Di mana negara-negara lain sudah melakukan hal tersebut," kata Pauline.
Pauline menyebut saat ini perusahaan agen travel sudah kewalahan menanggung beban operasional di tengah sepinya masyarakat yang mau berpergian.
"Sementara anggota kami masih harus dibebani biaya operasional seperti sewa kantor, bunga bank, gaji karyawan, pajak, listrik, telepon, dan sebagainya," ungkap Pauline.(dtt)