Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Corona “menyerbu” kita pontang panting. Sendi-sendi perekonomian mengalami kontraksi. Mal, plasa dan pasar sepi. Arus wisatawan asing anjlok. Penumpang angkot, transportasi online dan maskapai penerbangan jauh berkurang.
Sentimen corona juga membuat rupiah semakin loyo. Bisa memicu kenaikan harga makanan dan minuman. Juga tekstil. Termasuk berbagai barang yang komponennya berasal dari bahan baku impor. Inflasi pun membayang.
Pertumbuhan ekonomi diperkirakan tak lagi bertengger di rezim 5 persen. Bisa hanya 2 atau 3 persen. Bahkan Menteri Keuangan Sri Mulyani bilang bisa nol persen.
Tak ayal, Presiden Jokowi meminta supaya berbagai kementerian dan lembaga, juga pemerintahan daerah mencoret alokasi anggaran yang tidak prioritas. Boleh jadi defisit anggaran akan semakin lebar.
Dalam situasi itu, Sri Mulyani tampil realis dan optimistis. Dia bilang, APBN kita senilai Rp 2.500 triliun. Bisa menjamin kebutuhan rakyat miskin maupun dana untuk insentif perekonomian.
Intinya, masyarakat diajak untuk siap menghadapi keadaan terburuk. Ketika keadaan yang tidak nyaman terjadi, masyarakat sudah siap dengan kondisi mental dan pikiran yang kuat lahir dan batin.
Pengalaman yang mungkin akan getir ini, bukan pertama kali terjadi. Bangsa Indonesia pernah mengalaminya pada pasca peristiwa G30S 1965. Harga-harga bahan pokok melambung. Inflasi mencapai 600 persen.
Terulang lagi setelah rezim orde baru jatuh pada 1998. Banyak bank yang kolaps. Kurs rupiah di sekitaran Rp 16.000-Rp 17.000-an per dolar AS. PHK merajalela. Harga bahan pokok melangit.
Saya ingat pasca G30S 1965, masyarakat antre beras, minyak lampu, gula dan sebagainya. Makan nasi campur ubi atau jagung.
Namun bersama waktu, akhirnya badai berlalu. Pemerintah orde baru bangkit melawan keterpurukan hingga Indonesia pernah menjadi “Macan Asia.”
Kini pun kita harus bersatu padu melawan corona. Hindari keluar rumah atau bepergian jika tak mendesak. Jauhi keramaian yang memungkinkan penularan virus corona. Jaga pola makan yang sehat dan perkuat stamina dan imunitas tubuh.
Pemerintah diminta mencukupi jumlah RS dan fasilitasnya serta tenaga medis untuk merawat PDP, yang suspek maupun positif corona. Mempercepat tes massal corona dan alangkah srategis jika dapat menemukan vaksin corona.
Saya percaya, ibarat pendakian akan disusul saat menurun. Wabah corona mungkin akan menuju klimaks, tapi sesudahnya pasti akan antiklimaks. Itulah hukum besi sejarah yang tak pernah ingkar janji.