Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Saya salut kepada pak Achmad Yurianto. Juru Bicara Pemerintah dalam Penanganan Covid-19 itu sungguh sangat sabar. Saban muncul di layar televisi, pelan-pelan dia ungkapkan perkembangan virus corona. Baik angka akumulasi yang positif terjangkit virus itu, maupun yang sembuh dan meninggal dunia.
Tak jemu-jemunya dia menganjurkan gemar mencuci tangan dengan sabun di air mengalir. Selalu menjaga physical dan social distancing, menjaga jarak minimal 1 meter. Belajar, bekerja dan beribadah di rumah. Menjauhi keramaian dan kerumunan. Selalu memakai masker. Berolahraga, menjaga stamina tubuh dan melakukan pola makan yang sehat.
Tentu saja anjuran pak Achmad itu bukan mantra-mantra. Melainkan adalah gaya hidup baru atau budaya yang harus rutin dilakukan jika ingin terhindar dari wabah corona.
Sayang sekali, menurut pak Achmad, anjuran itu belum maksimal dan optimal dilakukan sebagian masyarakat. Angka-angka orang yang terinfeksi virus pun selalu bertambah. Tadinya, di atas 100 orang sehari, kemudian di atas 200 orang, dan kini di atas 300 orang.
Jika boleh berharap alangkah elok jika pak Achmad juga membeberkan cerita di balik angka-angka tersebut. Misalnya, apa yang menyebabkan pertambahan mereka yang positif corona tersebut.
Tidak secara umum. Melainkan lebih spesifik. Misalnya, apakah pertambahan itu dari kalangan ODP (orang dalam pemantauan) atau dari orang baru. Apakah karena melanggar protokol WHO. Atau malah dari orang yang tidak punya gejala sama sekali. Apakah karena sebelumnya punya riwayat bepergian ke luar daerah atau luar negeri. Tentu saja tanpa mengungkap identitas yang bersangkutan.
Memang, butuh waktu untuk menganalisisnya. Barangkali, bisa saja diungkapkan setelah seminggu berselang sebagai tinjauan sepekan.
Demikian juga terhadap mereka yang meninggal dunia. Apakah karena stamina tubuh yang lemah. Mempunyai konflikasi dengan penyakit lain. Atau karena terlambat dinyatakan poisitif terinfeksi virus corona. Atau ada apa gerangan.
Hal yang sama juga dilakukan terhadap mereka yang sembuh. Apa kira-kira penyebab utamanya.
Maaf, pak Jubir. Pertanyaan ini dari seorang yang awam dalam dunia medis dan kesehatan. Saya hanya terdorong agar masyarakat dapat mencerna deskripsi di balik angka-angka tersebut sehingga lebih edukatif.
Mungkin, dengan cara itu masyarakat menjadi subjek yang aktif mengidentifikasi diri dan kesehatannya. Mencegah lebih dini. Segera ke rumah sakit jika merasakan gejala-gejala tertentu. Tabik!