Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Seseorang yang takut terinfeksi virus corona baru merupakan hal wajar. Namun, perasaan takut berlebihan akan memicu stres. Stres pada seseorang akan menuntut orang tersebut melakukan tindakan tertentu. Tindakan terhadap ancaman atau stres ini disebut sebagai respons stres. Menurut Prof. Walter Bradford Cannon (1915), ahli psikologi dari Amerika Serikat, respons stres pada manusia dapat berupa tindakan melawan atau kabur (fight or flight). Pada kondisi berisiko terinfeksi COVID-19, mayoritas akan memilih untuk kabur.
Stres merupakan tanggapan (respons) tubuh yang normal. Stres muncul ketika seseorang merasakan ancaman. Namun, perasaan stres yang terus menerus dapat memunculkan penyakit. Kini, ancaman mengalami stres terus menerus masih berlangsung. Hal ini karena pandemi COVID-19.
Menurut American Psychological Association, bila seseorang memiliki pemikiran negatif terhadap situasi atau peristiwa, maka orang tersebut dapat mengalami kondisi stres akut. Bila kondisi stres akut ini terus terjadi selama masa wabah, maka orang tersebut akan mengalami stres akut berulang (episodik). Kondisi tersebut menyebabkan stres kronik yang berujung kepada gangguan jiwa atau penurunan kesehatan mental.
Gangguan kesehatan mental dapat mempengaruhi kesehatan fisik baik pada stres akut dan kronik. Kondisi stres mempengaruhi zat kimia serta hormon pada tubuh. Beberapa zat kimia dan hormon tersebut akan mengalami peningkatan dalam aliran darah. Zat kimia dan hormon yang paling berpengaruh dalam kondisi stres adalah “adrenalin” dan “kortisol”. Namun, perlu diingat bahwa peningkatan hormon-hormon tersebut tidak sepenuhnya buruk. Seseorang yang mengalami stres dapat menjadi lebih bersemangat, mengalami peningkatan pompa jantung, dan meningkatkan kinerja otot.
Baik hormon adrenalin dan kortisol akan membuat jantung berdetak lebih cepat. Secara sederhana mekanisme hormon stres ini dapat dipahami dengan peristiwa seseorang yang dikejar anjing. Orang yang sedang dikejar anjing akan mengalami peristiwa stres akut. Orang tersebut mampu berlari lebih kencang dari sebelumnya atas bantuan hormon adrenalin dan kortisol, bahkan dapat melompati pagar yang tinggi. Padahal orang tersebut tidak memiliki kemampuan untuk berlari kencang atau melompat tinggi sebelumnya. Peristiwa ini menunjukkan bahwa stres tidak selalu buruk. Stres dan responsnya dapat menyelamatkan seseorang dari bahaya. Namun, terdapat risiko bila hormon stres baik kortisol dan adrenalin muncul terlalu sering dan terlalu berlebihan karena pikiran negatif. Termasuk berpikiran negatif terhadap wabah COVID-19.
Menurut tinjauan ilmiah dari Yaribeygi H dan rekan (2017), saat seseorang berpikiran negatif termasuk berpikiran negatif terhadap wabah, maka akan menimbulkan dampak buruk. Dampak buruk tersebut termasuk kerusakan pembuluh darah, peningkatan tekanan darah, peningkatan risiko serangan jantung dan stroke, sakit kepala, gangguan tidur, dan peningkatan berat badan.
Penelitian Dhabhar FS (2014) yang diterbitkan pada jurnal Immunologic Research menyimpulkan bahwa stres menyebabkan penurunan sistem kekebalan tubuh. Dampak penurunan sistem kekebalan tubuh tentu saja tidak baik pada masa wabah ini. COVID-19 adalah self-limiting disease, yaitu penyakit yang sembuh dengan sendirinya bila sistem kekebalan tubuh mampu melawan virus. Kondisi ini dapat digambarkan seperti tentara (sistem kekebalan tubuh) yang menang perang melawan pemberontak (virus corona baru). Untuk itu, tindakan menghindari stres sangat penting pada masa wabah. Cara yang paling umum untuk menghindari stres adalah terlebih dulu mengenali gejala stres pada kondisi wabah.
Gejala stres karena wabah dapat berbeda antara satu orang dengan orang yang lain Perbedaan ini muncul karena penyebab stres juga berbeda-beda. Beberapa orang mungkin ketakutan terhadap orang yang batuk. Pada beberapa lainnya berpikiran bahwa dia telah terinfeksi virus corona karena sedang mengalami demam atau batuk pilek. Gejala yang sering dirasakan ketika mengalami stress adalah nyeri atau rasa sakit, gangguan tidur, masalah pencernaan (mencret), sering lapar atau tidak selera makan, hingga kelelahan atau lesu. Semua keadaan tersebut muncul bila seseorang memiliki pikiran negatif terhadap virus corona. Bila seseorang mulai merasakan sulit tidur pada masa wabah ini mungkin saja dia telah mengalami stres. Perlu diingat bahwa stres ini tidak selalu buruk namun perlu di kelola dengan baik.
Tujuan mengelola stres bukan menghilangkan ketakutan terhadap penyebabnya (dalam hal ini infeksi virus corona). Langkah awal mengelola stres adalah menemukan pemicunya. Pemicu stres ini dapat berupa informasi negatif seputar kejadian infeksi virus corona atau baru bertemu dengan seseorang yang positif corona. Pada masa wabah, pemicu yang paling sering adalah wabah COVID-19 itu sendiri. Seseorang dapat merasa terinfeksi virus corona meskipun hanya merasakan demam.
Beberapa langkah mudah untuk mengelola stres di masa wabah, antara lain melakukan gerakan masyarakat hidup sehat, terutama konsumsi buah dan sayur serta istirahat yang cukup, mengurangi konsumsi kafein atau kopi, luangkan waktu untuk melakukan kegiatan rileksasi dapat dilakukan dengan yoga, meditasi, atau beribadah dengan khusyuk. Teknik pernapasan dalam (teknik pernapasan 4-7-8) dapat membantu meringankan beban bila stres terlalu berat. Stres pada masa wabah juga dapat muncul karena menerima informasi terkait COVID-19. Untuk itu, jangan terlalu sering menerima informasi seputar wabah corona terlebih lagi informasi hoax dan informasi yang salah.
Stres merupakan suatu perubahan tubuh yang normal. Baik penyebab, tanggapan atau respons, efek perubahan hormon stres dapat berbeda pada setiap orang. Stres pada masa wabah dapat menurunkan kemampuan sistem kekebalan tubuh. Kondisi ini menyebabkan potensi seseorang terinfeksi menjadi lebih tinggi. Cara terbaik mengelola stres adalah mengetahui pemicu stres. Jangan takut berlebihan dan jangan panik namun tetap waspada. Lakukan langkah-langkah sederhana untuk mengelola stres. Tetap #dirumahaja, jangan berkumpul, jangan berdekatan dan selalu pakai masker bila keluar rumah untuk urusan penting. Hindari berpikiran negatif berlebihan terkait COVID-19 dan semoga wabah ini segera berakhir.
===
Penulis adalah Dokter Umum di UPTD Puskesmas Sukarame, Kecamatan Kualuh Hulu, Kabupaten Labuhanbatu Utara, Sumatera Utara.
===
medanbisnisdaily.com menerima tulisan (opini/artikel) terkait isu-isu aktual masalah ekonomi, politik, hukum, budaya dan lainnya. Tulisan hendaknya orisinal, belum pernah dimuat dan tidak akan dimuat di media lain, disertai dengan lampiran identitas (KTP/SIM), foto (minimal 700 px dalam format JPG) dan data diri singkat (dicantumkan di akhir tulisan). Panjang tulisan 5.000-6.000 karakter. Tulisan sebaiknya tidak dikirim dalam bentuk lampiran email, namun langsung dimuat di badan email. Kirimkan tulisan Anda ke: [email protected]