Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Sejarah baru telah tiba. Ketika puasa Ramadan dimulai 24 April, inilah, untuk pertama kalinya salat tarawih tak dilakukan secara berjamaah di masjid-masjid. Setidaknya jika mengacu kepada seruan MUI yang mengimbau agar umat melaksanakan salat tarawih di rumah masing masing untuk memutus persebaran virus corona.
Kita terhening sejenak. Apalagi berabad-abad sudah salat tarawih di masjid selalu penuh antusiasme. Bahkan, tak sedikit kalangan dermawan yang menyedekahkan makanan dan minuman berbuka puasa, sekaligus nasi dan lauk-pauknya ke masjid-masjid.
Para nazir masjid, kaum duafa, para musafir dan mereka yang tak sempat pulang ke rumah serta yang ingin beribadah di masjid pun memanfaatkan sedekah itu dengan rasa syukur. Lalu, mereka mengangkat takbir, salat bersama menunaikan perintah Tuhan.
Fenomena ini agaknya tak lagi terjadi pada puasa Ramadan tahun ini. Tadarusan Alquran beramai-ramai dan ceramah agama di masjid, dengan berat hati ditiadakan. Tradisi “buka puasa” bersama yang penuh persaudaraan tak lagi menjadi agenda. Bahkan akan berlanjut ke salat Idulfitri.
Para ahli agama, pemuka umat, termasuk MUI telah membahasnya secara syariah dan dalil-dalil keagamaan demi kemaslahatan umat, apalagi di zona merah Covid-19. Umumnya, sependapat tidak menyalahi karena situasi darurat akibat pandemi Covid-19.
Namun puasa Ramadan tetap must go on. Tetap berjalan. Salat tarawih di rumah ditunaikan. Termasuk mereka yang berniat bersedekah dapat mengirimkannya ke panti asuhan, rumah jompo, atau ke kediaman para fakir miskin. Mereka yang hendak membayar zakat harta bisa menyalurkannya ke Badan Amil Zakat Nasional.
Gerakan membantu warga miskin akan semakin marak. Apalagi tak sedikit orang yang kehilangan pekerjaan. Ada yang dirumahkan, mungkin dengan gaji tidak penuh, atau malah di-PHK. Mereka yang butuh solidaritas sosial banyak di sekitar kita. Semoga imbas pandemi corona ini meningkatkan kesalehan sosial.
Seraya berpuasa, menahan segala hawa nafsu, berjuang melawan corona serta peduli kepada sesama, khususnya mereka yang kurang beruntung.
Marilah memasuki sejarah baru ini dengan mengambil peranan masing-masing. Jangan menjadi penonton. Sejarah yang muram ini belum tentu terjadi seabad sekali.