Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. Pertamina melalui anak usahanya Pertamina Hulu Energi (PHE) Jambi Merang telah merampungkan survei sesmik laut dua dimensi di sepanjang 23.063 km wilayah terbuka, atau 77% dari target 30.000 km. Survei seismik terbesar di Asia Pasifik dan Australia tersebut diharapkan dapat menemukan cadangan minyak dan gas (migas) baru bagi Indonesia.
Direktur Hulu Pertamina Dharmawan H. Samsu menjelaskan, di tengah pandemi COVID-19, kegiatan survei seismik tetap berjalan dengan mengedepankan protokol kesehatan. Kegiatan survei ini ditargetkan selesai pada pertengahan Juli 2020.
"Kami berterima kasih kepada Pemerintah dalam hal ini Kementrian ESDM dan SKK Migas yang telah mendukung penuh upaya Pertamina dalam kegiatan survei seismik terbesar untuk mendukung pencapaian produksi minyak 1 juta barel per hari untuk memperkuat kedaulatan energi nasional," kata Dharmawan dalam keterangan tertulis, Kamis (28/5/2020).
Meski dilakukan di tengah pandemi, kata Dharmawan, Pertamina optimis pekerjaan survei akan selesai sesuai target. Pertamina telah memenuhi persyaratan perizinan terutama izin lingkungan di seluruh wilayah yang dilalui, dari perairan Bangka di wilayah barat Indonesia hingga perairan Papua di wilayah timur Indonesia .
"Proses survei berjalan lancar dengan peralatan teknologi terkini sehingga bisa menghasilkan data cekungan yang memadai guna menggairahkan investasi eksplorasi migas Indonesia. Beberapa kendala teknis di lapangan telah berhasil diatasi dengan baik," terang Dharmawan.
Dharmawan memaparkan, survei seismic dapat terlaksana dengan baik setelah SKK Migas memberikan kepercayaan kepada Pertamina melalui PHE untuk meneruskan pengelolaan wilayah kerja Jambi Merang sejak 10 Februari 2019 hingga 20 tahun mendatang. SKK Migas dan PHE juga telah melakukan penandatanganan Komitmen Kerja Pasti Jambi Merang dengan skema kontrak kerja sama gross split dan ditindaklanjuti dengan melakukan survei seismic dua dimensi terbesar di perairan Indonesia.
"Kami berharap dengan dukungan SKK Migas, Pertamina Upstream dapat terus menjaga peran utamanya dalam pengelolaan industri hulu migas nasional. Kegiatan survei ini diharapkan bisa menggairahkan iklim investasi hulu migas di tengah tantangan yang sedang kita hadapi saat ini," ucap Dharmawan.
Sementara itu, Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto memaparkan, baru 21 cekungan yang sudah diproduksi dan 38 cekungan yang masih dieksplorasi dari total 128 cekungan yang ada di wilayah laut Indonesia. Artinya, masih banyak cekungan yang masih belum disentuh untuk menjadi potensi cadangan migas Indonesia.
"Survei seismik ini, bagi SKK Migas, memiliki makna yang sangat penting dalam mendorong pencapaian target pemenuhan produksi migas nasional," ujar Dwi.
SKK Migas, kata Dwi, mengapresiasi upaya Pertamina Group melalui PHE dan Elnusa, yang telah mendukung terlaksananya kegiatan survei seismic tersebut. Menurut Dwi, Elnusa selaku operator kapal telah mempelopori survei dengan baik dan sesuai standar K3LL yang tinggi, dengan tetap memperhatikan efisiensi biaya.
"Survei ini sangat membanggakan karena merupakan yang terpanjang di Asia Tenggara dan dilaksanakan oleh putra putri Indonesia," sebut Dwi.
Ia pun menjelaskan, saat ini SKK Migas sudah mengembangkan IOC (Integrated Operation Center) yang bisa memberikan manfaat nilai tambah kepada Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS). SKK Migas, lanjut Dwi, mengharapkan semua KKKS proaktif mengintegrasikan semua kegiatannya dalam IOC ini.
Sebagai informasi, kegiatan survei seismik telah dimulai pada November 2019 dan merupakan bagian dari Komitmen Kerja Pasti (KKP) Jambi Merang di wilayah terbuka dengan investasi sebesar US$ 30 juta. Secara kumulatif, investasi KKP Jambi Merang hingga tahun 2024 adalah sebesar US$ 239,3 juta untuk kegiatan eksplorasi dan eksploitasi.(dtf)