Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Jakarta - Ondel-ondel yang menjadi ikon budaya Jakarta rupanya untuk membuatnya tak sembarangan. Hal itu diungkapkan Yudi Hermawan Pimpinan Sanggar Ondel-ondel Sinar Betawi Entertainment saat diwawancarai detikcom di kediamannya di Bambu Apus TMII, Jakarta Timur baru-baru ini.
Yudi menyebut ada ukuran standar khusus dalam pembuatan badan ondel-ondel, yang beratnya berkisar 10-15 kilogram tersebut. Sehingga sepasang ondel-ondel yang dihasilkan terlihat bagus.
"(Ondel-ondel) Laki agak tinggi dikit ya standar 2,5 meter sampe 3 meter. Buletan bawah itu sekitar 90 cm pinggang 50-60 cm pundak 80 cman. (berat) 10-15 kg. Karena yang berat itu yang di kepala sebelom rambut ijuk itu ada kepala klaras daun pisang, daun pisang diputer diiket kawat baru dilapisin ijuk jadi kalo ditusukin kembang kelapa itu gampang. Bambu 3-4 kg," ujar Yudi.
Selain itu, dahulu kala ada ritual khusus dalam membuat ondel-ondel. Yakni harus menyediakan kopi beserta rokok.
Karena kedok (topeng) ondel-ondel lawas biasanya terbuat dari kayu randu dan kayu kembang yang harus dipahat.
"Dulu iya harus nyediain kopi manis kopi pait, rokok gudang garem merah sekarang nggak. Karena dulu bikin kedoknya bukan fiber pake kayu itu, kerjanya nggak bisa sebulan dua bulan bisa tiga bulan. Bener bener ritual seni pahat bener bener asli. Sekarang fiber. Yang dulu makan waktu berbulan bulan sekarang 10 menit jadi tinggal ngecatnya lah," tambahnya.
Memang untuk kedok sendiri saat ini Yudi memakai daur ulang kertas hingga terbuat dari serat fiber. Biasanya masing-masing sanggar memiliki ciri khas masing-masing. Kedok merah pun wajib sebagai ondel-ondel laki-laki dan putih sebagai warna Ondel-ondel perempuan.
"Iya cetakan pakemnya udah begini, untuk mahkota atas masing sanggar variasi untuk masing masing sanggar. Karakter kaya gini gambar macan khasnya macan jadi ada ciri khasnya masing. Banyak ini (karakter kedoknya) namanya Balang, Anis, Anjeli, Jagoan," katanya.
Sehingga dalam pembuatan satu unit ondel-ondel, Yudi mampu menghabiskan waktu hingga seminggu. Memang kesulitanya adalah saat pembuatan baju yang dipakai oleh Ondel-ondel itu sendiri.
"Minimal satu minggu lah ya. Karena kostum sendiri cuma agak ribet karena bukan ukuran manusia itu jait sendiri. Ada mesin jait sendiri," akuinya.
Sementara itu, Yudi juga menyewakan alat kesenian yang awalnya sebagai penolak bala itu, ke beberapa beraneka macam acara. Biayanya sekali panggil dapat mencapai Rp 4-5 juta rupiah.
"Kalo disewain musik arakan Betawi ada arakan, arakan itu ada yang musik betawi ada yang marawis rebana paling 4-5 jutaan satu grup 25-30 orangan kan. Kalo saya ya dekorasi kaya sambutan sambutan kayak kemarin pas event ulang tahun Jakarta pas pandemi ini buat gubernur sama dekorasinya kalo nggejual ya kalo yang mau," kata Yudi yang pernah mengisi pembukaan Asean Games itu.
Di sisi lain, tak jarang Yudi juga kerap memenuhi permintaan pasar ondel-ondel, dari dalam maupun luar negeri. Diakuinya dia pernah mengirim ondel-ondel ke Asia hingga ke Amerika Serikat.
"Ondel ondel kita terakhir kirim ke Semarang. Kebetulan ada orang condet tapi sekarang di semarang ada nikahan di sana trus dibeli. Rata rata ada yang 2,5 ada yang 4 juta beda beda, perpasang. Sudah gw kirim ke Jepang, Hong Kong, Los Angeles, sering hampir tiap tahun ada pesenan dari luar. Iya (pasarnya Internasional) karena mereka tertarik unik di negara mereka nggak ada. Mereka bayar mereka senang. Setahun dua tiga kali kirim (untuk orderan internasional)," bebernya.
Namun Yudi mengaku ondel-ondel yang dikirim itu, berbentuk rakitan (knockdown). Sehingga dapat lebih mudah masuk bagasi pesawat juga mudah dirakit kembali.
"Kita bikin system bongkar pasang knockdown pisah. Belah dua jadi pesawat gampang. Di sana tinggal pasang pake tali tis," lanjutnya.
Di akhir obrolan, berapa biaya untuk memiliki ondel-ondel beserta musik pengiringnya? Yudi pun menyebut kocek yang dibutuhkan sekitar Rp 10 jutaan.
"Gendang se-set 4 juta, Kalo pinter-pinter Rp bisa 8 juta," pungkasnya. dtc