Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Taput. Bupati Tapanuli Utara, Nikson Nababan, Selasa (25 /8/2020), menulis tentang kegelisahan, perjuangan, dan upaya yang dilakukan sejak dilantik menjadi bupati tahun 2014 hingga di periode keduanya sekarang. Salah satu kegelisahanya, masih banyak dusun di wilayahnya belum masuk listrik.
Putra dari seorang guru yang lahir di Siborongborong dan sempat berprofesi sebagai wartawan di salah satu media terkemuka di Jakarta inipun membagikan curhatannya kepada sejumlah wartawan yang bertugas di sana.
Catatan medanbisnisdaily.com, awal dirinya menjabat bupati, banyak yang meragukannya.Termasuk tuduhan, bahwa pria yang menghabiskan masa lajangnya di kota metropolitan ini justru akan lebih banyak berada di Jakarta. Dan kondisi ini sempat terjadi, hingga muncul tudingan bahwa Nikson Nababan tidak akan banyak ' tidur' bersama rakyatnya.
Hingga pada suatu ketika, kepada medanbisnisdaily.com, pria ini bercerita bahwa masa kecil dan sekolahnya di Siborongborong. Sepulang sekolah dihabiskan bekerja di rumah dengan beternak dan bertani.
"Bapak dan ibu saya sangat displin, pulang sekolah kami sudah ditugasi dengan seabreg pekerjaan rumah dan ladang. Kami tujuh bersaudara, masing-masing sudah punya tugas, mulai dari menggarap sawah dan ladang, memelihara ternak, mencuci dan memasak. "Terkadang, saya iri sama teman-teman yang lain, pulang sekolah mereka sudah bebas bermain," runutnya.
Sekarang, melalui gerakan membangun yang ia lakukan selama enam tahun di Taput dan cerita teranyar tadi, pria yang menamatkan studi stata satu di Yogjakarta itu pun seakan menepis tudingan itu. Meskipun, tidak jarang juga apa yang dilakukanya selalu mendapat sorotan 'nyiyir' dari para warganet, terutama jelang Pilkada.
Tetapi, Nikson tetap berjalan, seakan tidak mau berhenti berkarya. "Siapa bilang jiwa saya tidak di daerah ini? Saya sangat suka desa, dusun dan memahami apa yang mereka rasakan. Termasuk ketika mereka belum merdeka akibat belum merasakan apa itu listrik. Jiwa ini dan hidup mendampingi masayarakat dusun sangat saya senangi," ucapnya.
"Harap dicatat, saya ini anak desa.Tapi jangan ditanya juga kejamnya Jakarta untuk mencari nafkah juga sudah saya lalui, hingga larut malam dan berhadapan dengan beragam karakter dan premanisme," sambungnya.
Tudingan 'tidak akan banyak tidur di Taput' itupun justru dijawab Nikson dengan mengunjungi desa-desa terpencil dan tidur disana.
Yang menariknya, justru itu dilakukan saat libur panjang, yang sejatinya menjadi ruang waktu dimanfaatkan seorang bupati untuk plesiran bersama teman-teman dan keluarga, tetapi itu tidak dilakulanya. Ia memilih ke dusun, dan itupun dilakukan tanpa aturan protokoler yang mengikat dan mewah. Layaknya kehadiran orang nomor satu di daerah.
Seringkali, kunjunganya ke desa dan dusun tidak diketahui camat. Padahal, pada masa bupati di orde sebelumnya, kedatangan bupati selalu di desain sedemikian rupa dengan persiapan sangat matang dan melibatkan banyak tenaga manusia.
Persiapanya seminggu lebih. Misalnya, anak-anak diajari menari untuk mengambut bupati, jalan -jalan sepanjang menuju lokasi kunjungan di bersihkan dan disulap menjadi bersih.
Pemandangan lain, seluruh ASN di kecamatan akan repot kesana kemari guna persiapan penyambutan.Tetapi, sekarang di era Nikson Nababan, itu tidak pernah ditemukan lagi. Nikson Nababan sering berpegian hanya memakai motor trail, membawa tenda camp dan tidur di dusun dan ditemani masyarakat biasa dan hanya melibatkan sedikit saja ASN.
Teranyar, dilakukan wilayah terluar Taput di Dusun Muara Tolang, Kecamatan Simangumban.Di sana, Nikson Nababan tidur di camp, bercengkrama dengan warga, meninjau jembatan rusak dan lokasi pertanian dan mandi disungai.
Lantas, apa sebenarnya curahan hati Nikson Nababan di pagi ini? Berikut isi tulisannya.
Sejak memimpin di Tapanuli Utara pada 2014 yang silam, pertama saya turun ke desa desa terpencil rasanya hati sangat teriris melihat mereka yang sepertinya tidak tersentuh tekhnologi. Jalan masih setapak, listrik tidak ada, sinyal atau jaringan internet jelas tidak ada. Menuju kesana bahkan harus jatuh bangun baik jalan kaki atau sepeda motor.
Saya bertekad harus menuntaskan ini. Saya rasakan hidup di tengah tengah mereka selama 3 hari, ada damai yang merayap di hati.
Tetapi tidak akan ada jalan keluar menuju kemajuan jika terisolir seperti ini. Saya mulai turunkan alat berat untuk membuka jalan. Saya papas (membelah) gunung dan bebatuan. Karena bagaimanapun banyaknya hasil kebun dan hutan mereka, tidak akan ada harga jika tidak ada akses keluar.
Semua Sudut di Tapanuli Utara Harus Terang Benderang. Dengan alat berat, jalan dibuka untuk dilewati kendaraan roda empat. Saya sedikit bernafas lega. Tidak tersentuh listrik. Ini juga membuat saya harus berlari cepat mengejar ketertinggalan ini. Saya data dan tata daerah mana saja yang belum ada listrik. Saya buat titik -titiknya dan saya buat data aksesnya, mana yang sudah bisa dilalui roda empat untuk membawa material.
Tahun 2017 masih satu dusun yang bisa masuk listrik karena akses yang berat, yakni Dusun Sialang, Desa Sitolu Ama Kecamatan Pahae Julu.
Saya putar otak sambil jalan membuka akses roda empat untuk bisa masuk roda empat membawa material PLN untuk pemasangan listrik, saya usahakan menciptakan listrik tenaga surya, tenaga hidro atau apapun potensi daerah tersebut untuk jadi pembangkit listrik.
Akhirnya masyarakat di desa sangat terpencil bisa menikmati listrik tenaga Surya dan hidro, tetapi saya berprinsip itu hanya sementara. Listrik dari pihak PLN harus masuk ke segala sudut di Tapanuli Utara.
Tahun 2018, akhirnya saya bisa tuntaskan lagi di 7 (tujuh) titik pada 5 Kecamatan, yakni Dusun Lumban Simamora Kecamatan Parmonangan, Dusun Janggaleman Kecamatan Pagaran, Dusun Sitorngom, Dusun Sihupar dan Dusun Parlobu lobuhan di Kecamatan Adiankoting, Dusun I Jambur Nauli Kecamatan Tarutung dan Dusun Parpatihan Kecamatan Sipahutar.
"Saya semakin lega. Akses jalan terbuka, listrik PLN masuk, jaringan internet juga akan mengikut. Inilah jalan menuju Taput maju," katanya.
Pada Senin (2/08/2020) di Sopo Rakyat Rumah Dinas Bupati Taput, Ia panggil pihak PLN, yakni Manajer Unit Pelaksana Pelayanan Pelanggan (UP3) Sibolga Deny Fitrianto, Manajer Unit Pelaksana Proyek Ketenagalistrikan (UP2K) Ramses Hutaju2lu, Manajer Unit Pelayanan Pelanggan (ULP) Tarutung Adnan Ashari untuk berdiskusi bersama menuntaskan desa dan dusun yang belum realisasi listrik PLN.
Ada 31 titik lagi (dusun) pada 9 kecamatan yang belum teraliri listrik PLN. Saya sampaikan ini harus tuntas di tahun 2020 ini. Belum merdeka rasanya kalo listrik belum ada, walaupun sudah 75 tahun Indonesia merdeka.
"Ini harus kita tuntaskan tahun ini. Sebagian lokasi dusun tersebut sudah disurvey pihak PLN dan beberapa dalam tahap survey. Pihak PLN sudah menyahuti akan segera dituntaskan," tekadnya.
Pada rapat semalam, saya juga langsung hubungi ke pusat, apakah anggaran untuk 31 titik yang tersisa ini ada dianggarkan. Saya sangat lega karena sudah dianggarkan dan akan dituntaskan tahun ini.
"Dari 57 titik yang belum teraliri listrik sejak saya memimpin di Taput, akan tuntas di tahun ini secara keseluruhan. Mohon doa dan dukungan masyarakat Tapanuli Utara," pungkas Nikson Nababan.