Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. Direktur Jenderal Industri Kecil Menengah dan Aneka Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Gati Wibawaningsih membeberkan kondisi para pelaku industri kecil dan menengah (IKM) di tengah pandemi. Dia bilang para pelaku usaha kesulitan untuk memperoleh restrukturisasi kredit dari perbankan.
Padahal, pemerintah sendiri sudah menganggarkan Rp 78,78 triliun terhadap program penempatan dana untuk restrukturisasi kredit dalam Pemilihan Ekonomi Nasional (PEN).
"Melalui program restrukturisasi, minta tolong dari perbankan yang dikasih bantuan itu industri jangan re-seller. Kalau re-seller cuma sendirian kerjanya," ungkap Gati dalam webinar IDF Bappenas, Selasa (8/9/2020).
Ia mengungkapkan, perbankan cenderung mencairkan restrukturisasi kredit kepada pelaku UMKM di sektor perdagangan. Sementara bagi IKM, perbankan punya pertimbangan yang lebih banyak.
"Nah kenapa perbankan tidak mau kasih ke industri? Ripuh masalahnya. Yang namanya pengembalian investasi ROI-nya kan lama. Capek nunggunya. Industri itu baru akan tahu produk laku dalam 2 tahun, ini sudah paling cepat. Sedangkan perbankan kalau nunggu 2 tahun, nah yang namanya keuntungan 1 tahun belum bisa diketahui. Tetapi tolong ini buat rakyat kecil, jadi tolong didorong industri," tegas Gati.
Menurutnya, perbankan yang melaksanakan program tersebut dalam hal ini Himpunan Bank-bank Negara (Himbara) cenderung mengejar target ketimbang pemanfaatannya.
"Kemarin saya sudah propose ke Kementerian Perekonomian. Karena kan Menterinya dulu Menperin. Pak tolong industri, oke industri 60%. Sekarang diturunkan. Kenapa? karena dikejar target oleh Himbara, harus sekian triliun. Akhirnya baikan kegunaan, bukan azas manfaat, tapi target, saya berhasil loh Bu Rp 30 triliun. Siapa yang dikasih? Pedagang. Industrinya? Tidak gampang, apalagi disuruh meminjam," ungkap Gati.
Selain itu, menurutnya IKM juga harus berpikir 3 kali untuk mengajukan kredit di perbankan, sementara kinerjanya anjlok akibat pandemi.
"Industri berpikir 3 kali kalau minjam duit. Kalau pedagang ya sebodo amat, kalau ada kesempatan ambil. Nggak cukup, balikin langsung. Karena dia tidak harus investasi alat, tidak harus cari tenaga kerja, dia nggak harus beli bahan baku. Nah itu yang jadi masalah," papar Gati.
Senada dengan Gati, Ketua Umum Perkumpulan IKM Komponen Otomotif Rosalina Faried juga mengatakan, para IKM sangat kesulitan memperoleh stimulus dalam PEN itu.
"Kami dari PIKKO ( Perkumpulan Industri Kecil dan Menengah Komponen Otomotif) memang belum pernah didatangkan oleh apakah perbankan atau apa. Dan kami hanya mendengar. Saya kemarin membuktikan sendiri bagaimana mendapatkan KUR dari bank pemerintah. Jadi setelah saya membaca ada stimulus, sudah 6 minggu belum ada progress," ungkap Rosalina.
Padahal, menurutnya IKM adalah sektor yang paling terdampak oleh pandemi Corona ini.
"Sementara IKM sejak bulan Mei itu sudah minus, sekarang sudah sampai ke September," imbuh dia.
Oleh sebab itu, Rosalina meminta pemerintah menggelar sosialisasi mengenai program baik restrukturisasi kredit, atau stimulus lain yang bisa dimanfaatkan para IKM ini untuk kembali bangkit dari dampak pandemi Corona.
"Jadi kami mohon program percepatan yang tadi dikatakan bahwa banyak sekali stimulus dari pemerintah. Tetapi dari riset, ini perlu sosialisasi yang fokus," katanya.(dtf)