Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Jakarta - Seorang warga di Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, justru mendapat berkah dari. Alih alih mengalami bangkrut di tengah pandemi, bisnis ikan cupang digeluti Yudya W. Ekoputra (52) justru masih diminati pasar.
Bagi Yudha, pandemi COVID-19 bukan halangan untuk tetap bekerja mencari rezeki. Warga Jalan Pala Barat 2 Blok L Nomor 19 Desa Mejasem Barat, Kecamatan Kramat, Kabupaten Tegal ini, sejak tahun 2019 lalu membudidayakan ikan cupang.
Untuk berternak ikan hias tersebut, ia harus mengeluarkan modal awal sekitar Rp 20 juta. Di saat usaha-usaha lain banyak yang terpuruk akibat pandemi COVID-19, usaha budidaya ikan ini justru makin meningkat.
"Kalau usaha lain sepi, bisnis ikan cupang justru makin ramai. Selama pandemi, peminatnya makin banyak. Artis-artis juga banyak yang hobi," kata Yudya, saat ditemui rumahnya, Senin (5/10/2020).
Yudya saat ini memiliki sekitar 5.000 ekor ikan cupang giant. Jenisnya beragam. Mulai dari koi, nemo, avatar, marble, super black hingga multicolor. Ikan cupang yang dibudi daya itu dikirim rutin ke pemesan di sejumlah daerah, seperti Semarang, Jakarta, Malang, Yogyakarta, Bekasi, Karawang, Bandung, Depok, Tangerang dan Samarinda Kalimantan.
"Setiap kirim per bulan mulai 100 sampai 200 ekor. Selain dikirim, ada juga pembeli yang datang langsung ke rumah," ungkapnya.
Menurut Yudya, untuk tiap ekor yang dikirim, harga yang paling murah berkisar Rp250 ribu hingga Rp500 ribu per ekor. Sedangkan yang paling mahal mencapai jutaan rupiah per ekor.
"Jenis yang sekarang paling diminati adalah avatar. Harganya cukup tinggi. Paling murah Rp1 juta sampai Rp 2 juta. Paling mahal Rp10 juta. Jenis avatar memang mahal karena mutasi warnanya lama. Kalau sudah mutasi, warnanya sangat bagus. Apalagi avatar gold, harganya bisa lebih dari Rp 10 juta," ujarnya.
Dengan harga yang terbilang fantastis itu, tak heran Yudya bisa meraup omzet antara Rp 15 juta sampai Rp 40 juta. Sarjana perikanan ini mengaku tertarik menekuni bisnis ikan cupang karena mudah dalam pemeliharaan maupun pengiriman ke luar kota. Ikan cupang tidak membutuhkan filter maupun mesin aerator. Untuk menjualnya juga tidak sulit. Bisa lewat media sosial (medsos) seperti facebook, instagram dan whatsapp.
"Pengiriman ke luar kota cukup di-packing, lima sampai tujuh hari bisa hidup. Kalau ikan lainnya sulit, harus pakai oksigen segala macam. Perawatannya juga mudah. Dari segi air, air kotor masih bisa hidup. Cuma kalau untuk hiasan, ya baiknya tiga hari sekali diganti. Kalau pakannya, jentik nyamuk bisa, kutu air bisa, cacing bisa. Jadi siapapun bisa melihara, dari anak kecil sampai orang tua," ujarnya.
Menurut Yudya, ikan cupang juga tergolong ikan yang mudah berkembang biak. Setiap pasang ikan cupang bisa menghasilkan anak hingga 500 ekor. Maka jika ada lima pasang, anak yang dihasikan bisa mencapai 2.500 ekor.
Karena itu, Yudya harus menyediakan satu rumah miliknya yang lain di Jalan Perintis Kemerdekaan Gang 14 A Kelurahan Panggung RT 10 RW 07, Kecamatan Tegal Timur, Kota Tegal khusus untuk tempat membudidayakan dan menyimpan ikan cupang yang akan dijual.
"Harapan hidupnya tinggi. Yang penting kita tekun. Kita harus bisa memilih ikan yang berkualitas, yang bagus-bagus, artinya yang sudah ada warnanya. Yang berkualitas itu yang warnanya full block," ucapnya.
Sementara itu, salah seorang reseller ikan cupang, Fajar (32), mengaku sudah berkali-kali menjual ikan milik Yudya ke luar kota, luar pulau, bahkan ke luar negeri. Minimal harga yang dijual ke luar negeri yakni Rp1 juta per ekor.
"Saya sering kirim ikan cupang ke Malaysia. Kemarin baru kirim 250 ekor. Jenis avatar," kata warga Kelurahan Debong Kulon Kecamatan Tegal Selatan, Kota Tegal ini. dtc