Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Medan. Data neraca dagang Indonesia yang membaik bukanlah kabar baik bagi perekonomian nasional karena itu membuktikan jika Indonesia resesi. Data neraca dagang mencatatkan surplus di bulan September 2020 sebesar US$ 2,44 miliar. Realisasi angka yang cukup signifikan tersebut memang baik dalam menjaga mata uang rupiah. Akan tetapi, disisi lain justru menunjukkan masalah pada perekonomian nasional.
"Beberapa masalah yang mungkin sulit untuk dihadapi adalah buruknya ekspektasi terkait pertumbuhan ekonomi ke depan. Karena surplus membuat arus investasi barang modal dan bahan baku produksi mengalami gangguan yang serius," kata pengamat ekonomi Sumut, Gunawan Benjamin, Kamis (15/10/2020).
Gunawan mengatakan, besaran surplus tersebut memberikan indikasi kuat bahwa ekonomi nasional belum akan mampu berakselerasi lebih baik di waktu yang akan datang. Sulit berharap kalau ekonomi akan tumbuh jika investasi yang tercermin dari perlambatan impor barang modal dan bahan baku terus terjadi.
"Karena impor tidak selamanya buruk. Justru impor dari sudut pandang lainnya menunjukkan adanya geliat ekonomi yang justru bisa menjadi harapan baik bagi perekonomian nasional. Khususnya di tengah masa pandemi seperti yang terjadi sekarang ini," kata Gunawan.
Surplus neraca perdagangan memang akan membuat Bank Indonesia (BI) memiliki ruang yang lebih longgar dalam menjaga stabilitas nilai tukar rupiah. Sementara kalau dari sisi akselerasi pertumbuhan ekonomi, justru surplus ini menjadi indikasi lain kurang baik bagi proses pemulilhan ekonomi nasional.
Resesi yang tengah dihadapi sekarang ini dipertegas dengan adanya surplus dari neraca dagang yang berkepanjangan. Indonesia membukukan surplus transaksi berjalan selama 5 bulan berturut turut. "Jadi selama pandemi Covid-19, aktivitas ekonomi terus melambat dan bahkan mencetak realisasi angka negatif," kata Gunawan.