Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Penerapan protokol kesehatan secara disiplin dan ketat diyakini saat ini masih menjadi solusi ampuh untuk menjaga roda ekonomi agar tetap berputar. Sayangnya masih banyak warga, termasuk pelaku usaha, di Sumatra Utara (Sumut) yang menganggap remeh dan tidak menjalankan protokol kesehatan.
Pengamat ekonomi Sumut, Gunawan Benjamin, mengakui jika masih banyak warga dan pelaku usaha di Sumut yang menganggap remeh virus Corona, meskipun telah menelan banyak korban jiwa.
"Hasil temuan di lapangan menunjukkan jika banyak masyarakat kita yang menilai bahwa virus Corona atau COVID-19 itu tidak ada. Dan bagi mereka yang pernah reaktif atau positif, juga kerap memberikan narasi yang menyepelekan. Mereka menilai bahwa virus ini tidak berdampak serius terhadap kesehatan manusia, meskipun mereka pernah reaktif atau positif terinfeksi," ujarnya di Medan, Minggu (18/10/2020).
Kesan menganggap remeh ini yang kemudian membuat masyarakat merasa enggan untuk menjalankan protokol kesehatan, seperti memakai masker, mencuci tangan dengan sabun dan menjaga jarak.
Gunawan menyayangkan muncul kesan meremehkan penyakit tersebut. Sebab, hal itu telah menjadi salah satu penyebab terus bertambahnya warga yang positif terinfeksi virus Corona dan bahkan ada yang meninggal.
Gunawan mengatakan, ada masalah mendasar di semua negara terkait dengan langkah apa yang lebih baik didahulukan, ekonomi atau kesehatan. "Saat ekonomi dibiarkan tetap berputar, maka jumlah kasus COVID-19 bertambah. Namun saat pemerintah melakukan lockdown atau pembatasan sosial berskala besar atau PSBB, maka ekonomi akan terpuruk. Daya beli turun, dan bisa memicu dampak dari ekonomi yang paling buruk yakni kelaparan dan masalah kemanusiaan," tuturnya.
Pemerintah di Indonesia, lanjutnya, terbilang tidak seketat negara lain dalam mengkarantina warganya. Namun dalam konteks ini masyarakat harus memahami mengenai pentingnya menjalankan protokol kesehatan yang ketat. "Ekonomi memang bisa diputar dengan memberlakukan social distancing, khususnya bagi sejumlah pelaku usaha yang banyak dikunjungi oleh masyarakat," jelas Gunawan.
Saat berbagai lokasi usaha, seperti pusat perbelanjaan modern, pasar tradisional, rumah makan, restoran, tempat wisata, café dan sejumlah objek hiburan lainnya, dibuka dan berarti ekonomi berputar, maka pengusaha dan masyarakat harus bersama-sama menjalankan protokol kesehatan.
"WHO sendiri juga menyampaikan bahwa kebijakan lockdown yang dilakukan selama ini juga memberikan implikasi buruk terhadap kondisi masyarakat khususnya dalam hal pangan," ujarnya.
Oleh sebab itu, kata Gunawan, pengawasan sejumlah tempat di mana masyarakat banyak berkumpul perlu diperketat. Langkah ini juga harus disertai dengan penerapan sanksi tegas bagi pemilik usaha yang melanggar anjuran protokol kesehatan. Dan tentunya masyarakat juga harus mematuhi Protokol kesehatan ini demi keberlangsungan ekonomi jangka panjang.
"Perlu aturan yang jelas dan sanksi yang tegas bagi pelanggar. Karena kalau tidak, protokol kesehatan hanya sebatas slogan yang tidak menimbulkan efek apapun bagi masyarakat. Karena disaat kita tidak patuh terhadap protokol kesehatan, maka bukan hanya masalah kesehatan yang dikuatirkan. Tetapi kemungkinan dampak buruk ekonomi yang ditimbulkan bisa menggiring kita dalam resesi yang berkepanjangan atau disebut dengan depresi," tuturnya.