Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
BERBAGAI cara dilakukan guna mengantisifasi lonjakan penyebaran Covid-19, pemerintah melalui tim gugus tugas percepatan penanganan (GTPP) gencar melakukan sosialisasi, ke seluruh masyarakat baik tempat usaha maupun keramaian. Namun entah apa yang membuat masyarakat masih saja ada banyak yang kurang disiplin dalam menjalankan protokol kesehatan misalnya memakai masker, mencuci tangan dan menjaga jarak atau disebut istilah 3 M.
Tempat-tempat cuci tangan sudah dibuat baik ditempat usaha, maupun pusat keramaian seperti Pasar, ditempat pesta dan perkantoran. Spanduk juga banyak terlihat di sejumlah sudut jalan, permukiman dan perkantoran semuanya itu ajakan untuk kita disiplin mengikuti protokol kesehatan agar Coronavirus Disease (Covid-19) bisa dikendalikan.
Ada beberapa spanduk dan baliho yang seharusnya membuat kesadaran masyarakat tinggi terhadap resiko yang ditimbulkan bila terjangkit Covid-19 ini, seperti halnya spanduk yang bertuliskan ajakan kepada masyarakat “ Ayo! “Patuhi protokol kesehatan, Kalau Kau Masih Jogal nasibmu akan kayak gini” sambil membuat photo pasien Covid-19 sedang ditangani petugas dengan protokol kesahatan, memakai Alat Pelindung Diri (APD) lengkap. Langkah ini juga lagi-lagi tidak merubah keadaan. Yang jogal masih saja menganggap remeh, namun banyak juga yang mengerti akan bahaya Covid-19 bagi mereka yang mengerti akan resiko terpapar Covid-19 merekalah yang disiplin mengikuti protokol kesehatan (prokes) itu.
Pantauan di pusat pasar Sangkumpal Bonang, Kota Padangsidimpuan alat cuci tangan portable , dan tempat usaha lainnya terpasang dengan baik namun yang menggunakan sangat sedikit saja. Abang beca yang sedang mengemudi di seputaran pusat pasar Kota Salak Padangsidimpuan ini juga terlihat ada yang sama sekali tidak pake masker namun ada juga pake masker tapi tidak benar hanya dipasang di bawa mulut atau dagu saja. Menjaga jarak hindari kerumumanan yang semestinya dilakukan, namun di pusat-pusat pasar di kota ini masih saja terlihat rapat seolah kehidupan sudah normal, padahal angka terkomfirmasi positif masih tinggi atau hampir mendekati 200 terkonfirmasi positif.
Meski imbauan sudah lakukan dan berbagai spanduk di bentangkan namun tampaknya mendapat respon beragam dari masyarakat. " Make masker susah bernafas". “Tidak ada uanglah untuk beli masker”. “Tak takutlah dengan Cvod-19, lebih takut saya dan anak saya tidak makan,”ujar Ali dan sejumlah pengemudi becak lainnya.
Ironisnya, adanya tulisan tidak melayani warga masyarakat yang tidak pake masker pada saat pencairan Bantuan Sosial Tunai (BST) di Kantor Pos Kota Padangsidimpuan dianggap remeh oleh sejumlah orang pake masker tapi dibawah mulut, pake masker tapi tidak jaga jarak, pake masker tapi dibuka anehnya ada juga yang berani pinjam pake masker masker agar bisa tetap dilayani.
Sekretaris Tim Gugu Tugas Percepatan Penanganan (GTPP) Covid-19 Kota Padangsidimpuan, Arfan Siregar, Jum’at (23/10/2020) menjelaskan bahwa angka terkomfirmasi positif di Kota Padangsidimpuan sebanyak 197 orang, Sembuh 135 Orang, Meninggal 8 Orang Total yang di Isolasi 54 Orang.
Untuk itu dia berharap kepada masyarakat agar tetap disiplin dengan terus menerapkan protokol kesehatan dengan baik memakai masker, mencuci tangan dan menjaga jarak. “Hindari keramain, dan tetap disiplin dengan prokes, insya Allah kita terhindar dari Covid-19,”katanya.
Wali Kota Padang Sidimpuan, Irsan Efendi Nasution sebelumnya mengatakan bahwa kasus Covid-19 di Kota Padang Sidimpuan dua Minggu sebelumnya diakui ada tren peningkatan namun satu minggu ini ada penurunan kasus. Langkah yang dilakukan pemerintah saat terjadinya angka peningkatan terkonfirmasi positif Covid-19, menggalakkkan sosialisasi, melakukan tracing kepada seluruh yang kontak erat terkonfirmasi positif. Pihaknya juga terus melakukan sosialisasi bahkan razia kepada masyarakat dengan menegakkan perwal No 28 Tahun 2020 Tentang Penerapan Disiplin dan Penegakan Hukum Protokol Kesehatan.
“Penyumbang terbesar kasus Covid-19 Kota Padangsidimpuan sesuangguhnya lebih banyak dari pelaku perjalan yang bukan warga kota Padangsidimpuan. Untuk menekan angka Covid-19 khusus kepada jajaran tidak lagi dibenarkan melakukan perjalanan dinas kecuali hal yang sangat penting,”katanya.
Ketua LP Maarif PC NU Kota Padangsidimpuan, Aswardin Nasution dalam pandangan ilmiahnya terkait Covid-19 dan rendahnya kesadaran masyarakat. Menurutnya secara psikologis ketidak patuhan masyarakat terhadap protokol kesehatan sebagian besar terjadi karena kurangnya pemahaman mereka terhadap bahaya penyakit dan mamfaat penanganan dan besarnya hambatan dalam akses kesehatan. “Pemerintah punya andil besar untuk ini,”katanya.
Dalam komunikasi terkait wabah ini misalnya pemerintah masih menggunakan istilah rumit dan hanya mudah dipahami masyarajat perkotaan terdidik yang berasal dari kelas menengah. Pejabat pemerintah bahkan bisa mengeluarkan pernyataan yang berbeda-beda, padahal keadaan darurat membutuhkan komunikasi yang konprehensif dan konsisten. Peraturan yang berubah-ubah dan informasi media yang banyak mengeluarkan berita hoax menimbulkan rasa ketakukan berlebihan dan lain sebagianya.
Kemudian pemerintah hanya menyediakan tes gratis di rumah sakit bagi mereka yang pernah kontak dengan kasus positif atau mengunjungi daerah berisiko dan menunjukkan gejala klinis Covid-19, padahal beberapa kasus terbukti tanpa gejala umum. Sementara masyarakat yang mampu dapat melakukan tes secara mandiri dirumah sakit dengan hiaya yang cukup mahal. “Hal-hal seperti ini perlu dipertimbangkan,”katanya.
Kepatuhan Masyarakat Kunci Keberhasilan
Kepatuhan masyarakat menjadi semakin penting untuk bisa keluar dari masaah pandemi yang berkepanjangan.
“Upaya membangun kesadaran masyarakat harus ditingkatkan dengan berbagai cara. Di antaranya melakukan komunikasi yang lebih efektif hingga keakar rumput melalui berbagai media dan metode yang sesuai dengan keragaman usia, pendidikan, dan budaya masyarakt/kearifan lokal,” katanya.