Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Tulisan ini diilhami oleh sejumlah postingan para nitizen yang mengangkat isu “putra daerah” dalam pemilihan kepala daerah serentak pada tahun 2020. Lebih khusus lagi, pemilihan bupati/wakil bupati di Kepulauan Nias (baca: Kabupaten Nias). Semenjak kampanye dimulai, ada-ada saja ulah para kandidat termasuk pendukung yang mendiskreditkan pasangan calon lain. Istilah putra daerah pun laris manis sehingga menjadi kata pamungkas menjatuhkan lawan politik.
Setelah mencermati profil para kandidat bupati/wakil bupati di Kabupaten Nias yang bersaing menjadi Nias 1 dan 2, tampaknya semua paslon berasal dari leluhur orang Nias. Oleh karena itu diperlukan pemahaman yang komprehensif terkait konsep putra daerah. Tujuannya agar etnis Nias baik yang berdomisili di Kepulauan Nias maupun yang berdiaspora tidak tergelincir ke jurang ”rasialis lokal”.
Kita perlu mengapresiasi undang-undang dan peraturan tentang syarat calon kepala daerah bahwa setiap warga negara berhak memperoleh kesempatan yang sama untuk mencalonkan diri dan dicalonkan sebagai calon gubernur dan calon wakil gubernur, calon bupati dan calon wakil bupati, serta calon wali kota dan calon wakil wali kota. Amanat undang-undang ini secara eksplisit memberi kesempatan kepada setiap warga negara untuk mencalonkan dan dicalonkan di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Nias dan Spektrumnya
Ketika masih SD (1967 – 1973) diwajibkan menghapal nama-nama kabupaten/kota di Sumatera Utara lengkap dengan ibu kotanya. Lebih khusus lagi diwajibkan menghapal nama-nama kecamatan dan ibu kotanya di Kabupaten Nias. Kala itu, semua siswa SD mampu menyebutkannya di luar kepala. Bandingkan dengan anak-anak usia sekolah saat ini. Berapa banyak anak usia sekolah (SD - PT) di Sumut ini yang mengenal kabupaten/kota setelah pemekaran daerah. Secara khusus, berapa banyak peserta didik di Nias yang mampu menyebutkan nama-nama kabupaten dan kecamatan di Kepulauan Nias? Termasuk orang tua? Memang, setiap zaman isi kurikulum mengalamani perubahan. Ketika Ilmu Bumi diintegrasikan dalam kelompok IPS, pengenalan spektrum daerah di Indonesia terabaikan. Alhasil, nama-nama wilayah di tempat tinggalnya pun tidak lagi menjadi perhatian.
BACA JUGA: Mengintip Capaian Pembangunan Manusia di Kepulauan Nias
Dalam konteks pengenalan budaya pun menjadi tereduksi. Pengetahuan pelajar saat ini sangat minim dalam hal pengenalan budaya termasuk etnis yang mendiami wilayah tempat tinggal mereka. Apabila pengenalan ini terabaikan, akan berdampak pada sikap dan perilaku mereka yaitu eksklusifime. Sifat ini yang menyuburkan rasialis lokal.
Bagaimana dengan kampanye para calon bupati/wakil bupati, khususnya di Kabupaten Nias yang menggaungkan, baik terang-terangan maupun dengan bisik-bisik, istilah putra daerah? Apa dampaknya bagi masyarakat Nias, terutama generasi mudanya?
Apabila pemilahan wilayah domisili ini dilanjutkan, setidaknya akan bermuara pada sikap egosentrisme. Sikap ini menegasikan kesepakatan bersama demi peningkatan kualitas hidup masyarakatnya. Hal ini dapat dimaknai bahwa para calon yang berhasrat menjadi orang pertama/kedua di Kabupaten Nias telah dirasuki sikap individualistis. Alhasil, jika terpilih nanti bukan tidak mungkin sifat ini akan tetap dipelihara. Apabila dalam jiwa/benak seorang pemimpin tertanam sifat egogeografis, diduga kuat akan dalam berdampak dalam menggerakkan roda pembangunan. Kita dapat menyaksikan sendiri, bahwa selama satu dasawarsa ini Kabupaten Nias belum menjadi barometer kemajuan bagi adik-adiknya.
Sifat etnosentrisme ini jika terus digemakan akan meracuni kelompok masyarakat dan generasi muda Nias. Harus kita sadari bahwa masa jabatan bupati/wakil bupati pemilu 2020 ini hanya 3,5 tahun. Akan lebih terhormat dan terpuji apabila calon terpilih mewariskan sikap kebersamaan dalam membangun Kepulauan Nias kepada masyarakat terlebih generasi muda. Kepulauan Nias ini sudah terlalu lama berada dalam ketertinggalan. Barangkali perkataan Raja Inal Siregar (alm), mantan Gubsu terkait kemajuan daerah yang berbunyi, “bersatu pun belum tentu maju, apalagi kalau gontok-gontokan“, patut menjadi referensi semua kandidat yang berhasrat menaikkan derajat kehidupan masyarakat Nias.
Pemahaman tentang spektrum Kepulauan Nias oleh setiap kandidat perlu dikedepankan. Pengenalan wilayah termasuk kemampuan mengidentifikasi persoalan pokok masyarakat justru lebih berarti ketimbang terjebak pada etnografi sempit. Pengetahuan tentang leluhur orang Nias secara holistik diperkirakan akan terjauhkan pola pikir “katak dalam tempurung”.
Penutup
Kendati Nias terpilah dalam organisasi pemerintahan, namun tidak pernah tercerai dari etnisitas. Alangkah eloknya jika para kandidat bersaing mengandalkan program unggulan ketimbang sibuk dengan terminologi putra daerah. Leluhur kita pernah berujar, ” sia’aigõ wa hasara dõdõ/be ba zuzu afu a’oi fao/ rõi dõdõu si faya’ia/bõhõi dõdõu si faya’o (terjemahan bebas: utama persatuan dan kesatuan/tinggalkan kekerdilan etnisitas). Semoga para para kandidat dan para pendukungnya memberi pendidikan politik yang mencerdaskan para pemilih.
Ya'ahowu! Horas! Mejuah-juah! Ahoy! Merdeka!
====
Penulis Dosen Universitas Prima Indonesia, Rektor IKIP Gunungsitoli (2010-2012) dan Kadis Pendidikan Kota Gunungsitoli (2012-2015). Sampai Sekarang Terikat pada Adat Botomuzoi di Kecamatan Hiliduho, Kabupaten Nias; pemilik KTP Kota Gunungsitoli (1978 – 2015); dan pemilik KTP Kota Medan (2015- sekarang).
====
medanbisnisdaily.com menerima tulisan (opini/artikel) terkait isu-isu aktual masalah ekonomi, politik, hukum, budaya dan lainnya. Tulisan hendaknya ORISINAL, belum pernah dimuat dan TIDAK DIKIRIM ke media lain, disertai dengan lampiran identitas (KTP/SIM), foto (minimal 700 px dalam format JPEG), data diri singkat/profesi/kegiatan (dicantumkan di akhir tulisan), nama akun FB dan No HP/WA. Panjang tulisan 4.500-5.500 karakter. Tulisan sebaiknya tidak dikirim dalam bentuk lampiran email, namun langsung dimuat di badan email. Redaksi berhak mengubah judul dan sebagian isi tanpa mengubah makna. Isi artikel sepenuhnya tanggung jawab penulis. Kirimkan tulisan Anda ke: [email protected]