Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Berkaca dalam debat kandidat kemarin, Paslon Akhyar-Salman (AMAN) dinilai menunjukkan kelasnya sebagai kandidat yang kenyang asam garam dalam pemerintahan dan bukan amatiran.
Contohnya saat menanggapi pertanyaan Bobby mengenai Incremental Capital Output Ratio (ICOR) Kota Medan. Akhyar Nasution menyampaikan fakta sewaktu beliau menjabat Plt Wali Kota Medan mendapat pengakuan KPK dalam aksi nasional pencegahan korupsi. Bahkan ia diminta sebagai pembicara dalam event tersebut karena Pemko Medan dinilai bisa dijadikan role model bagi daerah lain dalam tata kelola pemerintahan, perizinan dan investasi yang bebas dari praktek korupsi.
"Ini sebagai tanda bahwa Pemko Medan dalam track atau jalur yang benar dan progresnya semakin membaik. Sekaligus itu jawaban dari traumatik korupsi di Kota Medan.
Jadi dalam isu-isu vital seperti tata kelola pemerintahan, korupsi, investasi, AMAN sudah tuntas karena pengalaman di pemerintahan selama ini bisa dikonversi menjadi kebijakan yang baik dan benar," kata Wakil Ketua Tim Pemenangan AMAN, Turedo Sitindaon dalam keterangan tertulisnya kepada media, Minggu (8/11/2020)
Selain itu, untuk isu ketenagakerjaan dan kesehatan, AMAN berkomitmen untuk menjadi solusi terhadap UU omnibus law dan kenaikan tarif BPJS oleh pemerintah pusat yang banyak membebani masyarakat khususnya tenaga kerja dan buruh di Kota Medan.
APBD Kota Medan akan dipakai untuk mengcover dan memproteksi tenaga kerja dan buruh yang terkena dampak UU omnibus law dan kenaikan tarif BPJS dimana kondisi mereka semakin susah akibat pandemik covid 19 saat ini.
Paslon AMAN berkomitmen tak akan meninggalkan mereka. Komitmen ini sangat berbeda dengan Paslon Bobby-Aulia, dimana Aulia dalam ucapannya menyebut UU omnibus law ini menuntut masyarakat mandiri bukan menjadi masyarakat yang bekerja di perusahaan tetapi menjadi seorang wirausaha.
"Ini menunjukkan mereka menutup mata terhadap realita kesusahan pekerja dan buruh di Kota Medan. Tenaga kerja dan buruh tidak bisa serta merta dipisahkan dari aktivitas pekerjaannya. Kalau memakai konsep Bobby-Aulia seperti mencabut akar dari tanahnya. Potensi pengangguran akan semakin besar di Kota Medan kalau konsep mereka dijalankan," kata Turedo