Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. Lembaga survei ECA International menyatakan gaji pekerja di Indonesia bisa tumbuh 3,8% di 2021. Hal itu membuat Indonesia menjadi yang tumbuh paling tinggi dibandingkan negara lain.
Ketua Komisi Tetap (Komtap) Bidang Ketenagakerjaan Kamar Dagang dan Industri (Kadin), Bob Azam mengatakan kenaikan upah minimum provinsi (UMP) di Indonesia memang tinggi dibandingkan negara lain. Survei tren gaji ECA sendiri dilakukan pada Agustus-September lalu terhadap 370 perusahaan multinasional di 68 negara dan berbagai industri.
"Kenaikannya? Betul dan mungkin satu-satunya di dunia. Bedanya kalau di Indonesia yang naik upah minimum dan negara lain upah aktual," kata Bob, Minggu (22/11/2020).
Dia pun heran ada yang menaikkan UMP di sejumlah daerah saat pandemi COVID-19. Padahal tahun depan situasi dan kondisi perekonomian dinilai masih tidak memungkinkan untuk pengusaha menaikkan gaji karyawannya.
"Hampir semua negara konsentrasi bagaimana mencegah PHK dan untuk buruh adalah dengan bantuan sosial dalam kebijakan fiskal. Yah kita memang aneh sendiri," ucapnya.
Bob menyebut daerah yang UMP-nya naik sejalan dengan jumlah penganggurannya yang tinggi. Hal itu membuktikan bahwa upah yang tinggi dapat mengancam munculnya jumlah pengangguran baru.
"Cuma di negara kita yang pemda-nya punya kebijakan upah minimum tertinggi tapi pengangguran juga tertinggi. Menunjukkan pemda hanya mementingkan populis tapi melihat kepentingan pencari kerja. Atau memang mereka nggak mengerti sama sekali kaitan antara upah minimum, pengangguran dan pertumbuhan ekonomi," imbuhnya.
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Haryadi Sukamdani juga tidak setuju dengan survei tersebut, karena hampir semua pihak sepakat untuk tidak menaikkan upah pekerja tahun depan.
"Itu lembaganya ngaco. Lah kita di sini kemarin kan sudah jelas-jelas disarankan untuk nggak dinaikkan. Kemarin kan keputusannya direkomendasikan nggak naik sama dewan upah. Kan yang kemarin itu buat tahun depan ditentukan. Situasinya kayak begini kok, ekonomi remuk mana bisa naik," ujar Haryadi, Jumat (20/11/2020).(dtf)