Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. Sejak Indonesia mengonfirmasi kasus pertama infeksi virus Corona penyebab COVID-19 pada awal Maret 2020, berbagai upaya penanggulangan dilakukan pemerintah guna meredam dampak dari pandemi virus tersebut di berbagai sektor.
Hampir seluruh sektor terdampak, tak hanya kesehatan, sektor ekonomi juga mengalami dampak serius akibat pandemi virus Corona. Pembatasan aktivitas masyarakat berpengaruh pada kegiatan bisnis yang kemudian berimbas pada perekonomian.
Laporan Badan Pusat Statistik (BPS) menyebut bahwa produk domestik bruto (PDB) RI pada kuartal III-2020 minus 3,49% (yoy). Dengan demikian Indonesia resmi masuk ke jurang resesi, setelah pada kuartal II-2020 ekonomi RI juga terkonstraksi alias negatif.
Adapun secara kuartalan, ekonomi sudah mulai tumbuh sebesar 5,05% dan secara kumulatif masih terkontraksi 2,03%. Dibandingkan kuartal II-2020, realisasi pertumbuhan ekonomi tersebut membaik. Pasalnya, pada kuartal II lalu, pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami kontraksi yang cukup dalam, yakni mencapai 5,32%.
Pertumbuhan ekonomi nasional di kuartal III-2020 salah satunya ditopang oleh sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dengan jumlah yang terus bertambah di masa pandemi COVID-19. Namun amat disayangkan, hingga sekarang masih banyak pelaku UMKM kesulitan mengakses pembiayaan untuk meningkatkan produksi dan pemasaran.
Pengamat ekonomi Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira mengungkapkan survei Asian Development Bank pada bulan Juni 2020 menunjukkan bahwa 90% UMKM membutuhkan bantuan keuangan di masa pandemi COVID-19.
Dia menilai saat ini adalah momen yang tepat untuk pelaku financial technology (Fintech) mempercepat pemulihan sektor UMKM di masa pandemi COVID-19. "Ini yang perlu kita dorong, artinya 90% UMKM membutuhkan bantuan pinjaman dan pada masa seperti sekarang peran fintech menjadi lebih penting," ajak Bhima.
Menyambut ajakan tersebut, Ammana Fintek Syariah berkolaborasi dengan AKUI platform digital khusus berbasis Android dan iOS untuk memenuhi berbagai kebutuhan keluarga besar Korps Pegawai Republik Indonesia (Korpri).
Melalui kerja sama itu, Ammana Fintek Syariah secara otomatis dapat memberikan akses pendanaan bagi sedikitnya 4 juta Aparatur Sipil Negara (ASN) yang tersebar hingga seluruh pelosok negeri. Pendanaan untuk berbagai kebutuhan ASN, mulai dari modal usaha hingga keperluan perjalanan umrah dan haji bisa diberikan melalui aplikasi AKUI.
"Melalui kerja sama ini diharapkan mampu memacu masyarakat terutama keluarga besar Korpri untuk mengembangkan usaha rumahan. Dengan begitu, tidak hanya kesejahteraan yang meningkat namun secara tidak langsung mereka juga turut menggerakkan roda perekonomian nasional di masa pandemi Covid-19," ujar CEO & Founder Ammana Fintek Syariah Lutfi Adhiansyah dalam keterangan tertulis, Senin (30/11/2020).
Untuk tahap awal, lanjut Lutfi, kerja sama ini difokuskan bagi pemenuhan kebutuhan pembiayaan umrah dan haji anggota Korpri. Pembayaran Umrah dan Haji pun bisa lebih cepat, mengingat selama ini Ammana Fintek Syariah sudah berkolaborasi dengan Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH) Kementerian Agama RI.
"Target kami, proses pembayaran ongkos perjalanan haji untuk para ASN bisa lebih mudah dan cepat," imbuhnya dalam webinar HUT Korpri ke-49 'Meningkatkan Tambahan Penghasilan di Masa Pandemi', Kamis (26/11) lalu.
Selain Umrah dan Haji, Ammana Fintek Syariah juga menyediakan solusi pembayaran digital bekerja sama dengan Bhinneka.com yakni platform market place khusus bagi pemasaran produk dan jasa berbasis digital. Kerja sama dengan Bhinneka.com juga didedikasikan bagi pemenuhunan berbagai kebutuhan transaksi para ASN yang tergabung dalam naungan Korpri.
"Kerja sama ini melengkapi solusi digital yang kami tawarkan. Dari sisi pendanaan kami menyediakan produk pembiayaan haji dan umroh, sementara terkait pengembangan dan peningkatan pemasaran produk UMKM tersedia marketplace Bhinneka.com," cetus Lutfi.
Sementara itu pada kesempatan yang sama, Jhodi A Saharjo, Sharia Product Lead at LinkAja mengatakan tatanan perekonomian dunia termasuk Indonesia memang rontok akibat pandemi COVID-19. Namun, dibalik itu terdapat banyak peluang yang bisa dioptimalkan pelaku UMKM terutama di sektor industri halal.
Laporan Global Islamic Economy Index tahun 2019 mencatat total belanja dari 1,8 miliar konsumen muslim di 6 sektor ekonomi mencapai US$ 2,2 triliun, dengan pertumbuhan tahun ke tahun sebesar 5,2% pada tahun 2018. Capaian tersebut lebih tinggi dari rata-rata pertumbuhan ekonomi global sebesar 3,6% di tahun 2018 dan 2,9% pada tahun 2019.
"Artinya, pada kondisi normal ekonomi syariah memiliki prospek cerah dan berperan penting dalam perekonomian. Ini merupakan momentum bagi UMKM untuk masuk ke ekosistem halal industry melalui marketplace yang ditopang oleh perusahaan fintech seperti Ammana Fintek Syariah dari sisi pendanaan dan LinkAja bagi keperluan transaksi keuangan digital," pungkas Jhodi.(dtf)