Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Gubernur Sumatra Utara (Sumut), Edy Rahmayadi diingatkan soal janjinya mewujudkan ketahanan pangan. Pasalnya, sampai kini upaya untuk itu belum terlihat. Sebaliknya, lahan-lahan persawahan di daerah ini terus menyusut. Masalah lain yang masih terkait dengan itu seperti konflik agraria dan kelangkaan pupuk juga masih terjadi.
“Dari data-data yang kami peroleh di tahun 2017, luas lahan sawah di Sumut 427.262 hektar, turun 1,77 % atau 7.704 hektar dibandingkan luas lahan sawah pada tahun 2016. Selanjutnya rata-rata pertahun lahan sawah di Sumut terkonversi seluas 1,67% atau 7.000 hektar menjadi lahan non pertanian. Hingga kini kami belum melihat usaha yang sungguh-sungguh dilakukan oleh Gubernur Sumut,” ungkap juru bicara Fraksi PDIP DPRD Sumut, Sugianto Makmur dalam siaran persnya Selasa (2 /3/2021)
“Bila serius dengan program ketahanan pangan, selayaknya Edy Rahmayadi menghentikan alih fungsi lahan sawah menjadi perumahan dan membuka lahan-lahan baru sebagai persawahan. Juga mengalihfungsikan alat-alat kerja tradisional ke mekanisasi alat-alat kerja pertanian yang moderen dan pemanfaatan teknologi,” lanjut Sugianto.
Kepala Badan Pemberdayaan Ekonomi Kerakyatan DPD PDIP Sumut ini juga menyarankan agar pupuk non subsidi diatur tata niaganya karena banyak pupuk palsu dan pupuk non subsidi sering dijual terlalu mahal. Bibit atau benih, pupuk dan obat pertanian adalah biaya langsung. Apabila terlalu tinggi, menyebabkan harga pokok produksi hasil pertanian mahal dan masyarakat luas yang menanggung akibatnya.
Fraksi PDIP DPRD Sumut, lanjut Sugianto, menilai dari 2.833 kasus lahan (berdasarkan data Pemprovsu tahun 2012) tidak satu pun yang mampu diselesaikan Edy Rahmayadi. Setiap tahun konflik agraria terus bertambah. Kendati ada usaha untuk menyelesaikan selalu saja dengan pendekatan konvensional dan cenderung mengesampingkan hak-hak rakyat kecil.
"Gubernur Sumut harus mengerti, untuk mencapai masyarakat yang mandiri pangan adalah suatu hal yang sangat penting. Itu adalah strategi mencapai pertahanan dan ketahanan yang sesungguhnya," tandas Sugianto.