Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Padangsidimpuan. Nadia (17) salah satu siswa SMA di Kota Padangsidimpuan hanya bisa merindukan kembali bersekolah tanpa masker, tidak ada tempat cuci tangan, tidak handsanitizer, tidak ada pengukur suhu, tidak ada APD dan lain sebagainya yang berkaitan dengan protokol kesehatan Covid-19. Dia hanya berharap kehidupan kembali normal seperti biasa.
Tapi baginya itu hanya sebatas angan yang tak mungkin kembali. Masa pandemi sudah berjalan selama satu setengah tahun.
Belajar tatap muka juga belum dibolehkan, karena angka terkonfirmasi Covid-19 masih saja terjadi.
"Pemerintah belum memberikan izin sekolah menggelar belajar tatap muka. Semoga mukjizat terjadi, sekolah kembali dibuka, Covid-19 hilang dari bumi Pertiwi ini,"cetus Nadia berharap melalui tulisan media ini, Rabu (30/6/2021).
Nadya sendiri saat ini duduk di bangku kelas tiga, masih sempat merasakan manisnya belajar disekolah bersama guru dan teman-teman. Satu setengah tahun dia belajar tatap muka bila dia bandingkan ilmu yang berhasil diserap dari guru jauh lebih banyak bandingkan ilmu yang dia dapatkan dengan hanya mengandalkan hp android dan jaringan internet.
Masa-masa SMA itu indah, banyak kenangan yang tak pupus hingga usia sudah tua. Belajar ke sekolah sebelum pandemi tidak ada masker, tidak ada tempat cuci tangan, tidak handsanitizer, tidak ada pengukur suhu, tidak ada APD dan lain sebagainya yang berkaitan dengan protokol kesehatan Covid-19. Tidak ada jarak, bercanda, suka ria, berbaris didepan kelas, upacara di halaman sekolah. Itu kenangan masa sekolah yang tak lekang dari ingatan." Tapi pandemi Covid-19 telah merubah segalanya,"cetusnya.
Belajar daring dari rumah tidak hanya menyebabkan proses belajar carut marut karena keterbatasan SDM, Ketersediaan perangkat internet, keterbatasan keuangan untuk beli paket,, belum lagi di beberapa daerah tidak ada jaringan internet. Belajar daring menambah beban orang tua misalnya harus beli hp beli paket internet sukur kalau ada bantuan paket dari pemerintah kalau tidak, apa tidak menambah pengeluaran keluarga setiap bulannya. Belajar daring disamping menambah beban keluarga yang mestinya menghemat pengeluaran dimasa pandemi Covid-19 yang semuanya sulit. Banyak oran tua kehilangan pekerjaan, usaha yang tidak berjalan dengan baik karena terdampak Covid-19.
Dampak negatifnya belajar daring disamping pengeluaran keluarga tambah besar, banyak anak-anak kecanduan game online.
Belajar Daring Duka Bagi Pedagang Seragam Sekolah
Bagi pedagang seragam sekolah juga sangat berdampak. Sekolah daring duka bagi pedagang seragam sekolah di pasar. Omset penjualan menurun karena tidak ada lagi pembeli.
Satu setengah tahun sudah pandemi ini berjalan membuat pedagang tidak lagi menjual banyak baju seragam sekolah.
Nyaris seluruh kabupaten/kota di Sumatera Utara tidak melaksanakan sekolah tatap muka. Utamanya daerah zona merah dan zona kuning Covid-19 harus sekolah daring guna memutus mata rantai penularan Covid-19. Selama tidak belajar tatap muka baju seragam tersimpan rapi didalam lemari, tidak pernah dipakai. Akibatnya satu baju seragam yang dibelanjakan sebelum pandemi tidak rusak dan tidak perlu diganti.
Syahrul (25) satu pedagang seragam sekolah kini mulai banting setir menambah varian jualannya tidak lagi berpangku ke seragam sekolah untuk bisa bertahan dimasa pandemi. Selain baju sekolah varian baju baru untuk anak-anak menjadi harapan baru baginya dimasa pandemi ini.
"Kami sangat mengeluh sudah satu setengah tahun omset pakaian seragam sekolah terus menurun.Biasanya kalau masuk ajaran baru rame, yang membeli baju seragam pastinya rame seperti sekarang ini. "Ini dah bulan masuk tahun ajaran baru, tapi pengunjung masih sepi," kata Sahrul.
"Masa Covid -19 tahun lalu penjualan seragam sekolah, menurun karena siswa tidak lagi ke sekolah,"tambah Syahrul.
Syahrul membeberkan harga baju seragam sekolah, untuk SD satu stell Rp 100 ribu, SMP Rp 150 ribu kalau SMA Rp 160 ribu. Pakaian Pramuka Rp 160 ribu." Toko kita ini khusus menjual seragam sekolah. Makanya sangat terdampak dari Covid-19 ini,"tandasnya.
Dia berharap Pemerintah punya perhatian dan memberikan solusi. Bagaimana pedagang yang menjual perlengkapan seragam sekolah omset kembali tentunya dengan membuat regulasi baru siswa belajar tatap muka dengan protokol kesehatan yang baik.