Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Langkat. Kalangan petani jeruk di Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatera Utara, khususnya di kawasan Pante Buaya, Kecamatan Besitang terus didera keterpurukan. Pasalnya, harga jual produksi tidak lagi pantastis. Mereka berpendapat, bertanam jeruk tidak lagi menjanjikan.
"Sudah lebih 3 tahun terakhir harga jual jeruk tidak ada kenaikan, bahkan bervariasi, untuk jeruk ukuran besar naik turun dari Rp 3.000, naik menjadi Rp 3.500,kemudian turun lagi ke Rp 3.000, kemudian sebentar naik ke Rp 4.000/kg, terus anjlok lagi. Begitu juga untuk yang sedang hanya laku Rp 2.000/kg, dan yang kecil Rp 1.500 bahkan Rp 1.000/kg," sebut Fi'i, petani dan pedagang jeruk di Dusun Pante Buaya, Desa Sekoci, Kecamatan Besitang, Kamis (12/8/2021).
Murahnya harga jeruk di tingkat petani, di antaranya faktor tidak adanya pengiriman produksi ke Pulau Jawa, seperti ke Jakarta.
Hal itu juga dirasakan kalangan petani jeruk di Kecamatan Gebang, Langkat.
"Sudah lama tidak pengiriman ke Jakarta, sepi, tiga tahun silam kan permintaan Jakarta cukup tinggi, kepada petani harga bisa tinggi, cong tanpa sortir Rp 6.000 - Rp 7.000/kg. Dan sejak 3 tahun terakhir harga memang murah, tanaman jeruk tidak terawat. Akibat itulah bertanam jeruk tidak lagi menjanjikan," sebut kalangan petani jeruk, seperti Adi dan Sumadi di Desa Pasar Rawa, Gebang dan Tukimin di Dusun Cinta Rakyat, Gebang.