Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Medan. Di masa pandemi, mal atau pusat perbelanjaan menjadi semacam tujuan liburan yang menyenangkan. Pandemi Covid-19 membuat hiburan menjadi terbatas karena pengetatan protokol kesehatan (prokes) seiring dengan kasus positif yang masih tinggi. Sehingga, mal menjadi pilihan pertama di akhir pekan maupun libur nasional.
Mal pun beroperasi sesuai dengan aturan pemerintah dan kerap mengubah jam operasional. Bahkan mal pun harus tutup sementara saat Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM).
Di Medan sendiri, mal sempat tutup hampir 6 minggu dan baru buka kembali pada 24 Augustus lalu. Saat itu, jam operasional pukul 10.00-20.00 WIB dan kembali diperpanjang pada 23 September 2021 menjadi pukul 10.00-21.00 WIB.
Setelah buka kembali, mal yang jadi favorit liburan ini pun kian mengetatkan aturan termasuk soal syarat masuk dengan menggunakan aplikasi PeduliLindungi. Selain itu, untuk ketentuan dine-in (makan di tempat), maksimum kapasitas 25% atau dua orang dalam satu meja. Untuk anak-anak berusia di bawah 12 tahun, diperbolehkan masuk mengikuti orang dewasa.
Satu lagi, bioskop yang hiatus sejak pandemi kini sudah kembali buka dengan kapasitas maksimal 50% dan hanya pengunjung dengan kategori hijau dalam aplikasi PeduliLindungi yang boleh masuk. Untuk pengunjung di bawah 12 tahun dilarang masuk. Selain itu, dilarang makan dan minum atau menjual makanan dan minuman dalam area bioskop.
Meski belum masuk ke kategori normal sebelum Covid-19, namun dengan dibukanya bioskop menjadi semacam sinyal jika situasi semakin membaik. Lalu seperti apa realita pengunjung mal dalam menerapkan prokes Covid-19?
Pantauan Medanbisnisdaily.com, pengunjung mal semakin disiplin dan menerapkan prokes secara disiplin. Semua pengunjung selalu menggunakan masker dengan benar. Meski memang masih ada satu-dua pengunjung yang menurunkan masker ke dagu dan langsung mendapat teguran dari petugas mal.
Jika dilihat, mal memang rentan untuk penyebaran Covid-19. Karena menurut pengamat kesehatan, dimana pun ada keramaian, maka disana ada risiko penyebaran Covid-19. Lalu apa kata pengunjung mal? Tidak takut terpapar?
"Tidak takut. Saya sedisiplin mungkin menerapkan prokes dan tidak mau masuk toko yang terlihat ramai. Maksudnya jika jarak satu sama lain dekat. Lebih baik menunggu toko sepi dulu jika memang ada keperluan di toko itu. Jika tidak, lebih baik memcari toko lain," tutur Lita, pengunjung di Mall Centre Point, Selasa (28/9/2021).
Menurut perempuan 40 tahun tersebut, tujuannya ke mal memang untuk jalan-jalan saja dan menghabiskan waktu. Karena sedang off bekerja. Memanfaatkan waktu libur, pilihannya jatuh ke mal karena merasa lebih aman dibandingkan pergi ke tempat wisata di luar kota.
Sama sejak awal pandemi, dia membawa hand sanitizer dan stok masker. Meski sudah memakai masker secara dobel, tapi dia tetap berencana untuk mengganti masker saat sudah keluar dari mal. Selama berada di mal pu , Lita sebisa mungkin tidak sembarang memegang barang. Kalaupun harus, segera memakai hand sanitizer atau mencuci tangan.
"Sebenarnya jika semua disiplin, maka penyebarannya bisa ditekan. Terus, ya harus sadar diri. Jika tidak sehat, ya jangan ke mal. Atau jika kontak dengan yang terpapar Covid-19, jangan keluar rumah termasuk ke mal. Harus saling menjaga," kata perempuan yang sehari-hari bekerja di bidang publikasi ini.
Disoal pengetatan masuk ke mal sejak PPKM, menurut Lita harus karena skrining untuk pengunjung. Itu juga upaya untuk membantu pemerintah menekan penyebaran Covid-19.
Senada dengan Lita, pengunjung di Sun Plaza mengaku prokes di mal yang semakin ketat justru membuatnya semakin merasa nyaman saat berkunjung. "Meski memang belum tentu diantara pengunjung tidak ada yang menjadi carrier," kata Juan, warga Jalan Jamin Ginting Medan.
Juan yang berkunjung bersama temannya mengaku ingin menonton. Apalagi bioskop buka kembali setelah tutup sejak awal pandemi dan itu membuat mereka rindu. Saat ditanya apakah semua syarat untuk memasuki bioskop sudah mereka penuhi, Juan dan temannya kompak mengangguk.
Pengelola mal sendiri, terus mengetatkan prokes dan tidak ada tawar-menawar. Imbauan untuk menggunakan masker secara dobel juga dilakukan termasuk melalui poster di area mal dan medsos.
"Pengunjung dan tenant memang selalu diingatkan agar menjalankan prokes. Meski jika dilihat belakangan ini, sudah lebih disiplin dan sadar menjalankan prokes. Jika dulu masih ditemukan satu-dua pengunjung yang kerap menurunkan masker, sekarang sudah jarang terlihat. Umtuk jaga jarak, kita lebih menekankan ini juga terutama ke tenant. Jadi jika saat antri di kasir, pemilik tenant harus tetap mengingatkan pengunjung untuk menjaga jarak," kata Marketing Communication Manager Sun Plaza, Yokie.
Dikatakan Yokie, kedisiplinan pengunjung memang menjadi poin penting dalam penerapan prokes di tempat publik termasuk mal. Kalau kendor, akan sangat berpotensi menjadi klaster penyebaran Covid-19. Karena itu, pengelola pun terus menekankan operasional sesuai aturan pemerintah.
Secara terpisah, pengamat kesehatan, dr. Umar Zein, menyebutkan risiko penularan di mal tetap ada. Karena jumlah pengunjung hampir tidak dapat dibatasi. Bahkan jika 50% pun, tetap saja itu masih tinggi. Menurutnya, mal yang jadi tempat favorit untuk menghabiskan waktu ini memang karena benar-benar ada keperluan. Jika hanya untuk kongkow-kongkow, sebaiknya menahan diri dulu.
"Sekalipun sudah vaksin, tapi tidak tertutup kemungkinan ada yang positif hanya saja tanpa gejala. Potensi tidak jaga jarak juga sangat banyak. Karena itu, pengawasannya harus diperketat. Apalagi jumlah pengunjung kan tidak setara dengan petugas mal," kata Umar.