Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. Kemampuan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) untuk membayar kredit lembaga keuangan cukup baik. Hal itu terlihat dari rasio kredit macet atau non performing loan (NPL) UMKM.
Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki mengatakan, NPL pada program Meekar PT Permodalan Nasional Madani (PNM) di angka 0,1%.
"Kalau menurut saya NPL. Kredit macet itu rendah sekali. Di PNM itu 0,1% di program Mekaar, itu kan pinjaman ke kelompok perempuan, jadi itu ada tanggung renteng, ada pendampingan, jadi rendah sekali," terangnya dalam acara Blak-blakan detikcom, Jumat (29/10/2021).
"Yang suka ngemplang kan yang gede. Yang kecil itu takut nggak punya pelindung, nggak bisa lobi politik, nggak bisa bayar lawyer. Dari 98 juga ketika krisis ekonomi yang ngemplang kan yang gede. Saya kira di bank juga sama. Rendah sekali kredit mecetnya itu," sambungnya.
Namun, urusan pembiayaan ini bukan tanpa catatan. Menurutnya, perlu dievaluasi ulang karena saat ini terlalu banyak pembiayaan untuk segmen mikro. Khususnya, untuk modal kerja.
"Untuk modal investasi, untuk meningkatkan kapasitas usaha, menambah mesin, menambah ruang usaha, itu sulit. KUR pun maksimum baru Rp 500 Juta. Itu sebenarnya hanya cukup untuk modal kerja," jelasnya.
Maka itu, ia menilai, dari waktu ke waktu struktur ekonomi Indonesia didominasi segmen usaha mikro. Omzetnya, di bawah Rp 2 miliar setahun. Teten menambahkan, struktur ekonomi seperti itu rapuh sehingga perlu dipikirkan jalan keluarnya.
"Tapi kalau terus kita perbanyak mikro-mikro-mikro ini, ini kan persaingan di bawah makin tinggi, kasian. Mereka makan temannnya sendiri, kira-kira begitu. Karena itu, kita sekarang harus ada pembiayaan yang memungkinkan mereka itu bisa dorong naik kelas, mengembangkan usahanya. Mikronya mengecil. Kecil menengah berkembang," jelasnya.(dtf)