Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Populasi ikan di perairan Danau Toba, Sumatra Utara (Sumut), dinilai terus berkurang dari tahun ke tahun. Itu akibat limbah B3 yang mencemari Danau Toba diduga kuat dihasilkan perusahaan-perusahaan yang beroperasi di sekitar Danau Toba.
Untuk itu, perusahaan-perusahaan yang berada di kawasan Danau Toba diminta untuk menjaga limbahnya. Diingatkan agar jangan pernah membuah limbahnya ke perairan Danau Toba.
Hal itu ditegaskan Anggota Komisi B DPRD Sumut, Tangkas Manimpan Lumbantobing, di sela reses I sidang III Tahun 2021-2022 di Kecamatan Nainggolan, Kabupaten Samosir, Rabu (10/11/2021).
"Saya mengimbau perusahaan-perusahaan di sekitar Danau Toba agar tetap dijaga limbahnya, terkhusus limbah B3, limbah yang dibuang di danau. Danau Toba ini bukan tempat limbah bagi perusahaan," tegas Tangkas Manimpan.
Politisi Partai Demokrat itu mengatakan, Danau Toba adalah sumber pendapatan masyarakat Samosir. Karena itu, masyarakat sangat tidak mengharapkan limbah-limbah tersebut mengotori air Danau Toba.
"Jangan sampai masyarakat terganggu, dan kami akan bertindak. Oleh karena itu sekali lagi saya meminta, ke seluruh perusahaan baik besar, kecil, dan menengah di Danau Toba untuk mengikuti regulasi tentang limbah. Danau Toba inilah kekayaan kita. Pulau Samosir ini adalah kekayaan orang Batak," tegasnya.
Dan Kepada pihak Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Sumut yang turut mendampingi, Tangkas meminta segera lakukan penelitian terhadap kualitas air (PH) Danau Toba. Mengingat kondisi air danau yang kian memprihatinkan dampak limbah B3 maupun Keramba Jaring Apung (KJA), baik milik perusahaan maupun kelompok masyarakat.
"Keberadaan ikan di Danau Toba ini sudah minim. Sementara laporan dari DKP Sumut, setiap bulan bibit ikan ditabur di danau sebanyak 30.000. Artinya jika setengahnya saja hidup, sudah makmurlah rakyat di sini. Tapi jangan hanya ditabur saja, tapi tolonglah diteliti sudah bagaimana kualitas air Danau Toba sekarang," katanya.
Menjawab hal itu, Kabid Perikanan Tangkap DKP Sumut, Yuliani Siregar, mengatakan dibutuhkan lintas sektoral dalam melaksanakan penelitian untuk mengetahui kualitas air Danau Toba.
"Kalau cuma kami saja akan sulit. Jadi mesti integral dengan dinas lain seperti lingkungan hidup, perindustrian, dan lainnya yang terkait sehingga pemeliharaan air Danau Toba dapat benar-benar terjaga," katanya.
Dan pada kesempatan itu, DKP Sumut kembali membantu kelompok nelayan terkhusus di Kecamatan Nainggolan, Samosir berupa solu (sampan) sebanyak 10 unit dan benih ikan mas dan ikan nila sebanyak 149 kantong, yang merupakan bantuan perusahaan Japfa.
Yuliani menegaskan selain tidak ada garansi, solu yang telah diberikan itu tidak boleh diperjualbelikan. "Namun jika dalam waktu seminggu ada rusak ataupun bocor, tolong segera diberi tau ke kami. Semoga solu ini bermanfaat buat perekonomian masyarakat di Samosir," katanya.