Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Nias Barat. Desa Hinako, Kecamatan Sirombu, Kabupaten Nias Barat, Sumatra Utara menggelar Festival Budaya Kreasi Desa Hinako di Pantai Sirombu pada Minggu (5/12/2021). Kegiatan yang bertema "Warisan Budaya Sebagai Kekayaan Desaku" ini diadakan Komunitas Budaya Kreasi Desa Hinako bekerja sama dengan Kementerian Pendidikan Kebudayaan, Riset dan Teknologi.
Kepada medanbisnisdaily.com, Sabtu (4/12/2021), Joni Adep Marunduri sebagai ketua panitia pelaksana dan merupakan putra asli Desa Hinako menyampaikan bahwa Sebagai generasi millenial harus bertanggung jawab untuk melestarikan warisan budaya dan memperkenalkannya ke dunia luar.
"Kamilah generasi yang bertanggung jawab dalam beberapa tahun ke depan atas arah yang diambil untuk lebih maju, modern, sejahtera dan mampu dikenal di mata dunia," sebut Joni Adep
Kegiatan yang akan dilaksanakan di pantai sirombu tersebut akan menampilkan budaya khas Kepulauan Hinako, di antaranya tari-tarian. Ia memaparkan, masyarakat Kepulauan Hinako, khususnya Desa Hinako memiliki warisan budaya berupa seni tari, seperti maena maru, folaya saembu dan fanari moyo, Serta tasilabe atau disebut pencak silat, khas dari Ono Zalawa Maru.
Disamping itu memiliki cagar budaya berupa batu megalit, seperti batu megalit marulafau, batu megalit maruhawa, batu megalit duhatera marunduri yang sudah berusia ratusan tahun.
"Bahkan terdapat rumah panggung peninggalan orang tua kami almarhum SW Marunduri, mantan Sekda Kabupaten Dati II Nias.
Serta peninggalan kuburan Cina yang butuh pemugaran sebagai aset Desa Hinako," ujarnya
Kegiatan lain adalah kuliner. Terdapat berbagai jenis hasil laut, seperti jenis ikan yang berprotein tinggi yang bisa diasap dan diasinkan, yakni lobster, tripang, kerang laut, mata lembu dan trenggiling batu atau sigölu nasi yang terdapat di atas bebatuan pinggir laut, dikuliti dan dimasak dengan berbagai rasa. Masakan tradisionalnya dipadukan dengan parutan kelapa muda yang sama dengan memasak kepiting merah atau sebutan Hambae yang didapati di sekitar hutan setiap pulau.
Ada juga pameran komoditas, seperti minyak kelapa (kopra), minim kadar air. Ia menjelaskan, setelah perusahaan kilang minyak goreng tidak berproduksi langsung di Kepulauan Hinako, saat ini dikembangkan melalui fermentasi tanpa dimasak dengan sebutan VCO (virgin coconut oil. Selain sebagai minyak goreng, juga sangat bermanfaat berbagai macam obat.
Demikian juga penghasil rempah rempah seperti cengkeh yang berkualitas tinggi dan rendah kadar air.
Joni Adep menjelaskan bahwa pemerintah melalui Ditjen Kebudayaan Kemendikbud Ristek RI telah memprogramkan Desa Pemajuan Kebudayaan, sebagaimana amanat UU Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan, dan Peraturan Pemerintah Nomor 87 Tahun 2021 tentang pelaksanaan UU Pemajuan Kebudayaan. Disebutkan bahwa pelastarian dan pengembangan kebudayaan melibatkan semua unsur, baik pemerintah lusat, daerah dan masyarakat.
"Wadah dinamai Komunitas Budaya Kreasi Desa Hinako sebagai penggerak kegiatan festival budaya, sementara pelaksana kegiatan telah terbentuk Sanggar Budaya Orahua Desa Hinako," terangnya.
Joni Adep berharap agar masyarakat yang akan menyaksikan kegiatan tersebut tetap mematuhi protokol kesehatan.