Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Medan. Kinerja pasar keuangan selama pekan ini berada dalam tekanan. Indeks Harga Saham Keuangan (IHSG) dan rupiah sejak awal pekan diperdagangkan di zona merah. Faktor pemicu terbesar pelemahan kinerja pasar keuangan domestik adalah rencana kebijakan moneter ketat Bank Sentral AS, yang akan lebih agresif dilakukan dalam waktu dekat.
"Selain itu kekhawatiran pasar lainnya adalah memburuknya kasus omicron baik global maupun penambahan jumlah kasus di tanah air. Meskipun sentimen paling banyak datang dari luar atau ekstenal. Hal inilah yang memicu terjadinya tekanan di pasar keuangan domestik," kata analis pasar modal, Gunawan Benjamin, Rabu (19/1/2022).
Pada perdagangan hari ini, IHSG ditutup turun 0,33% di level 6.591,98. Sementara mata uang rupiah diperdagangkan melemah di level 14.393 per dolar AS.
Kinerja pasar keuangan hingga akhir pekan nanti akan masih dihantui oleh tekanan. Sentimen eksternal masih sangat potensial membuat kinerja pasar keuangan domestik berada di zona merah. Ada banyak sentimen buruk selain covid 19. Data ekonomi di negara besar masih menunjukan adanya kemungkinan tekanan lanjutan. "Salah satunya adalah tingginya inflasi dan akselerasi pertumbuhan ekonomi yang jauh di bawah harapan," kata Gunawan.
Sementara itu, hubungan antara negara besar yang memburuk juga turut memperkeruh kinerja pasar keuangan global. Jadi akan ada akumulasi sentimen negatif eksternal dan internal dalam waktu dekat. Pasar keuangan masih akan terombang-ambing dengan tren kinerja yang menurun. Dan sejauh ini belum terlihat sentimen positif dalam waktu dekat yang muncul, yang diharapkan bisa memperbaiki tren kinerja pasar keuangan dalam negeri.
Di pekan ini, Bank Indonesia (BI) memang akan menentukan kebijakan suku bunga acuannya. Tetapi sekalipun kebijakan menaikkan suku bunga acuan dilakukan, tidak akan berdampak besar bagi pasar keuangan kita. Pada dasarnya kebijakan menaikkan suku bunga acuan akan mengurangi tekanan eksternal dari Bank Sentral AS. Terlebih untuk mata uang rupiah.
"Hanya saja kalau berharap pasar keuangan lantas membaik karena kebijakan BI, saya pikir pandangan tersebut terlalu naïf. Karena pada dasarnya tekanan eksternal kedepan nanti kian berat. Kebijakan apapun yang akan diambil oleh BI untuk menghindarkan pasar keuangan dari tekanan berat tersebut. Namun bukan berrarti dengan kebijakan penyesuaian bunga lantas sentimen negatif di pasar langsung menghilang," kata Gunawan.