Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. JPMorgan memproyeksi harga minyak bisa tembus US$ 120 per barel atau setara Rp 1,7 juta/barel (kurs Rp 14.348). Hal itu disebabkan jika ekspor minyak dan gas dari Rusia terganggu akibat konfliknya dengan Ukraina.
"Setiap gangguan aliran minyak dari Rusia dalam konteks kapasitas cadangan yang rendah di wilayah lain dapat dengan mudah mengirim harga minyak ke $120," Natasha Kaneva, kepala strategi komoditas global JPMorgan, dikutip dari CNN, Kamis (10/2/2022)
Harga minyak saat ini di level US$ 91. Angka itu juga disebut menjadi harga minyak tertinggi dalam 7 tahun terakhir.
Mengapa ekspor migas Rusia mempengaruhi harga minyak dunia? Untuk diketahui, Rusia adalah produsen minyak dan gas alam nomor dua di dunia, setelah Amerika Serikat.
Rusia memainkan peran kunci di OPEC+, kelompok produsen yang hanya secara bertahap menambah kembali produksi yang absen selama awal COVID-19.
Kemudian, konflik antara Rusia-Ukraina telah menyebabkan kenaikan harga minyak baru-baru ini. Ada juga beberapa risiko lanjutan dari konflik Rusia dan Ukraina terhadap minyak dunia.
Pertama, konflik semacam itu berpotensi merusak infrastruktur migas di Rusia. Kedua, kekuatan Barat dapat berusaha untuk menghukum Rusia dengan menjatuhkan sanksi bisa melumpuhkan ekspor migas dari negara itu.
Kedua, ada risiko bahwa Presiden Rusia Vladimir Putin membalas ancaman sanksi itu dengan memanfaatkan ekspor minyak dan gas alam. Apa lagi harga gas alam yang lebih tinggi di Eropa akan mendorong permintaan minyak karena pabrik dan pembangkit listrik beralih ke minyak.
Itu sebabnya, harga minyak terancam menembus angka yang lebih tinggi lagi. Sejauh ini memang ketegangan Rusia-Ukraina telah mendorong menaikkan harga minyak dalam beberapa pekan terakhir.
JPMorgan juga mengatakan jika ekspor minyak Rusia dipotong setengahnya, harga minyak Brent kemungkinan akan melesat ke US$ 150/barel. Harga itu mengalahkan angka tertinggi pada Juli 2008 ketika Brent melonjak ke rekor US$ 147,50/barel.(dtf)