Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. Vaksin AstraZeneca menjadi salah satu vaksin COVID-19 yang banyak dipakai warga Indonesia. Stok vaksin COVID-19 besutan Universitas Oxford ini juga tersedia untuk vaksinasi booster di Tanah Air. Sayangnya, masih banyak yang meragukan keamanan vaksin AstraZeneca dikaitkan dengan kasus pembekuan darah langka. Kasus pembekuan darah langka sempat dilaporkan di sedikit negara, yang menjadi alasan penghentian vaksinasi AstraZeneca sementara waktu.
Kini, sebuah riset besar menepis keraguan tersebut usai menemukan bukti hanya satu dari tiga kasus per juta orang yang menerima dosis pertama vaksin AstraZeneca, mengalami efek samping pembekuan darah langka.
Kasus pembekuan darah langka lebih banyak dilaporkan pada mereka yang tidak divaksinasi, ketimbang sudah mendapatkan vaksin COVID-19 AstraZeneca. Kesimpulannya, tak ada kaitan langsung antara pembekuan darah dan vaksin AstraZeneca.
Riset ini dimuat dalam jurnal PLOS Medicine Selasa (22/2/2022), mengacu pada laporan 46 juta orang dewasa di Inggris antara Desember 2020 dan Maret 2021. Studi dilakukan oleh William Whiteley dari Universitas Edinburgh dan Pusat Ilmu Data BHF Inggris, yang juga menganalisis risiko pembekuan darah pada vaksin Pfizer.
"Tidak ditemukan risiko kejadian trombotik arteri dan vena utama pada mereka yang berusia 70 tahun atau lebih dengan menerima salah satu vaksin (AstraZeneca atau Pfizer)," kesimpulan para ahli.
Pihak AstraZeneca mengatakan dalam sebuah pernyataan, penelitian tersebut mengkonfirmasi penyebab sebenarnya pembekuan darah usai vaksinasi bukanlah vaksin COVID-19 sendiri, melainkan kondisi pasien seperti terpapar COVID-19 atau jumlah trombosit yang rendah.
"Risiko atau kondisi yang sangat langka ini tetap jauh lebih tinggi setelah terpapar COVID-19," demikian pernyataan perusahaan, dikutip dari Reuters.
Sebuah studi peer-review Inggris kedua yang juga dirilis pada hari Selasa menemukan risiko trombosis sinus vena serebral (CVST) dalam empat minggu setelah menerima suntikan AstraZeneca-Oxford kira-kira dua kali lebih tinggi dari sebelum vaksinasi, tetapi itu masih menyiratkan hanya satu dari empat juta orang yang bisa memiliki efek samping ini.
Artinya, manfaat vaksinasi COVID-19 masih jauh lebih besar dibandingkan risikonya.(dth)