Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
HUJAN dengan intensitas tinggi yang terjadi sejak Minggu sore, 27 Februari 2022 hingga malam hari telah mengakibatkan ratusan titik di Kota Medan terendam banjir, bahkan ada yang mencapai ketinggian lebih dari semeter. Dari 21 Kecamatan Kota Medan, banjir terjadi di 15 Kecamatan, seperti Medan Maimun, Medan Amplas, Medan Kota, Medan Denai, Medan Selayang, hingga Medan Labuhan, Medan Marelan dan Medan Belawan.
Banjir yang disinyalir terjadi karena kondisi sedimentasi dan penyempitan drainase serta sungai yang tinggi, sehingga tidak mampu menampung debit air hujan dan kiriman dari hulu yang akhirnya meluap ke jalanan dan rumah-rumah warga.
Penyempitan dan tingginya sendimentasi sungai yang melintasi Kota Medan dari kawasan hulu di Deli Serdang dan Karo oleh bangunan pemukiman, bangunan serta sampah, tentunya sangat membutuhkan normalisasi, termasuk semakin hilangnya kawasan terbuka hijau yang menjadi daerah resapan air.
Tantangan Penanganan Banjir
Normalisasi sungai sendiri bukanlah persoalan mudah, terlebih dengan banyaknya pelanggaran aturan yang dilakukan, baik oleh pengembang properti atau masyarakat, yang membangun di sepanjang aliran sungai, sehingga sangat mempengaruhi bentuk penampang dan alur sungai, hingga mengurangi kapasitas sungai.
Sektor terberat dari normalisasi sungai adalah membebaskan lahan di sepanjang sempadan sungai yang sudah dijadikan pemukiman, dan sangat memungkinkan terjadinya masalah sosialnya yang sangat besar.
Belajar dari program normalisasi sungai di Jakarta pada pemerintahan Gubernur Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), bagaimana beratnya proses eksekusi pembebasan lahan, sejak dari pendataan, pengukuran, sosialisasi, hingga melahirkan konflik dari masyarakat yang tidak setuju dan justru menjadi konsumsi amunisi politik.
Selain itu, persoalan normalisasi juga harus bekerja sama dengan kabupaten di sekelilingnya, seperti Kabupaten Deli Serdang dan Karo, sehingga sangat membutuhkan kolobarasi dan koordinasi dengan pemerintah provinsi dan pusat. Termasuk memastikan pelestarian lingkungan dikawasan hulu, terutama di Kabupaten Karo dan Deli Serdang, yakni rehabilitasi kawasan hutan yang menjadi daerah resapan air, sehingga mengurangi debit air yang turun ke aliran sungai yang melintasi Kota Medan.
Penanganan banjir merupakan salah satu program prioritas utama yang digaungkan oleh Wali Kota Medan, Bobby Nasution, sehingga sejak awal pemerintahannya seringkali Walikota Medanlangsung bergerak menuju lokasi banjir.
Dari berbagai kunjungan dan peninjauan langsung oleh Wali Kota Medan, sudah berulangkali menyatakan bahwa salah satu penyebab banjir adalah kapasitas drainase atau selokan yang tidak mampu lagi menampung debit air hujan akibat sendimentasi atau penyempitan.
Jika curah hujan tinggi, banyak selokan atau drainase juga yang dipenuhi sampah sehingga menyebabkan drainase tidak berfungsi untuk menyalurkan debit air hujan sehingga melimpah menggenangi jalan dan rumah warga sekitar.
Termasuk masih sangat jarang atau tidak ditemukannya bak kontrol untuk memudahkan dilakukannya proses pembersihan drainase sehingga air tetap lancar mengalir, sehingga dapat dilakukan upaya preventif dalam menangani persoalan banjir akibat terjadinya penyumbatan saluran parit.
Dengan masih rendahnya kesadaran warga dalam menjaga kebersihan drainase dan selokan dari sampah, maka semakin banyak bak kontrol akansemakin mempermudah pembersihan saluran air.
Konsistensi Penanganan
Untuk jangka pendek percepatan pembuatan bak kontrol adalah langkah terbaik, dan Wali Kota harus benar-benar melakukan pengawasan pembangunan, sehingga tidak ada penyimpangan maupun kesalahan dalam pembuatannya. Termasuk memastikan perencanaan pembuatan bak kontrol yang jaraknya tidak saling berjauhan untuk mempermudah pembersihan saluran air.
Pembuatan bak kontrol tentunya harus disertai pendalaman selokan dan drainase pemukiman yang merupakan parit tersier, sehinggaair akan lancar mengalir menuju parit sekunder menuju bak kontrol sebelum ke saluran primer.
BACA JUGA: Nasib Pertanian di Tengah Cekikan Harga Pupuk
Dengan semakin rutinnya banjir yang melanda, maka untuk jangka menengah sangat dibutuhkan perencanaan yang komperehensif dalam menangani masalah banjir di Kota Medan, terutama peningkatan kapasitas drainase, terutama peningkatan saluran drainase primer yang mengarahkan air langsung ke sungai.
Kemudian diikuti peningkatan saluran sekunder dari pemukiman hingga menuju saluran primer hingga saluran tersier dari pemukiman atau perumahan penduduk, termasuk membongkar jembatan atau bangunan warga yang mempengaruhi kapasitas drainase.
Untuk menjaga kelancaran drainase dan sungai tentunya Pemerintah Kota Medan juga harus menyiapkan tenaga pembersihan drainase secara rutin dengan meminta laporan mingguan dari kepling dan lurah bukan hanya di saat curah hujan tinggi.
Selain itu, Wali Kota juga sudah selayaknya mendorong vegetasi dipinggir sungai dan drainase sebagai ruang terbuka hijau untuk resapan air, termasuk mendorong untuk dibangunnya sumur resapan atau biopori air, terutama di daerah padat penduduk.
Sumur yang nantinya juga dapat dipergunakan sebagai penopang air atau hydran untuk mendukung kinerja pemadaman kebakaran dalam melakukan pemadamam jika terjadi kebakaran di kawasan tersebut.
Untuk daerah pinggiran laut seperti Kecamatan Medan Belawan, Martubung dan Marelan sangat memungkinkan untuk dilakukan konservasi kawasan mangrove, yang kedepan dapat didorong menjadi salah satu destinasi wisata mangrove Kota Medan.
Dalam Undang Undang (UU) Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang mensyaratkan adanya Ruang Terbuka Hijau (RTH) paling sedikit 30 persen dari luas wilayah kota. RTH yang terdiri dari ruang terbuka hijau publik dan ruang terbuka hijau privat.
Dimana proporsi RTH publik pada wilayah kota paling sedikit 20 persen dari luas wilayah kota,sehingga di masa depan diharapkan Kota Medan dapat menikmati peningkatan indeks kualitas udara dan air, mengurangi volume limbah rumah tangga, mengurangi area banjir, penurunan tingkat penyakit dan penurunan suhu rata-rata udara yang pada musim panas mencapai hingga 35- 37 derajat Celcius.
====
Penulis Direktur Eksekutif Perhimpunan Suluh Muda Inspirasi (SMI)/penggiat HAM dan Demokrasi
====
medanbisnisdaily.com menerima tulisan (opini/artikel) terkait isu-isu aktual masalah ekonomi, politik, hukum, budaya dan lainnya. Tulisan hendaknya ORISINAL, belum pernah dimuat dan TIDAK DIKIRIM ke media lain, disertai dengan lampiran identitas (KTP/SIM), foto (minimal 700 px dalam format JPEG), data diri singkat (dicantumkan di akhir tulisan), nama akun FB dan No HP/WA. Panjang tulisan 4.500-5.500 karakter. Tulisan tidak dikirim dalam bentuk lampiran email, namun langsung dimuat di badan email. Redaksi berhak mengubah judul dan sebagian isi tanpa mengubah makna. Isi artikel sepenuhnya tanggung jawab penulis. Kirimkan tulisan Anda ke: [email protected]