Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Pengamat politik Rocky Gerung, mengatakan, kritik kepada pemerintah harus berbasis argumen. Menurutnya, demokrasi Indonesia merosot karena karena sentimen menang dari argumen.
"Transisi demokrasi dari otoriter pindah ke demokrasi. Dari orde baru masuk ke orde reformasi. Kita sudah keluar dari orde baru, namun belum masuk ke orde reformasi karena dihadang oligarki. Bagi oligarki basisnya bukan argumen, tapi sentimen seperti intoleransi, kebencian dan politisasi SARA" kata Rocky Gerung dalam forum diskusi dan peluncuran buku “Mata Air Indonesia Maju: Kumpulan Gagasan Untuk Cak Imin” yang digelar Rumah Politik Kesejahteraan (RPK), di Foodcourd Gajah Mada, Jalan DI Panjaitan, Medan, Minggu (19/6/2022).
Ia menegaskan penting untuk mencari pemimpin yang berkomitmen membawa demokrasi indonesia. “Pindah dari orde otoriter ke situasi yang lebih demokraris,” ujar Rocky Gerung.
Rocky menyebut kehadirannya tidak menandai dia timses Cak Imin. “Saya bukan pendukung Cak Imim, saya hanya pengarah. Saya datang untuk memastikan Cak Imin berani dan mau menjalankan gagasan baik dalam buku ‘Mata Air Indonesia’ ini,” jelas Rocky.
Sebabnya, kata Rocky, keberadaan buku, gagasan, dalam politik indonesia penting supaya politisi terhubung dengan gagasan yang dibutuhkan untuk kesejahteraan publik.
“Bangsa ini terhubung dengan jalan pikiran, bukan hanya dengan jalan tol. Buku ini akan bikin iri kandidat yang lain. Kandidat yang lain tidak punya, tidak menyediakan diri untuk mendapat briefing ide dan gagasan. Tidak ingin mendapat tantangan pemikiran. Saya kira Cak imin membuka diri dengan ide-ide.” tegas Rocky Gerung.
Selain Rocky, tampil sebagai pembicara Ester Indahyani Jusuf (penulis buku, pegiat isu kebhinekaan, Kristian Redison Simarmata (aktivis demokrasi) dan Surya Nita (pengajar di UI).
Ester Jusuf menyatakan, masalah utama kita literasi. Termasuk dalam politik. Narasi kebangsaan dan kesadaran kebhinekaan akan menopang kita melewati banyak ujian dan tantangan kebangsaan.
"Tentu Cak Imin atau siapa saja tidak bisa sendirian. Tapi dengan dukungan memadai, gagasan yang jernih, demokrasi kita bisa lebih baik. Terutama keragaman dan kebhinekaan Indonesia harus dirawat dan menjadi modal penting demokrasi Indonesia. Cara dan tradisi inklusi yang kita punya harus dipertahankan berhadapan dengan intoleransi,” tegas tokoh Tionghoa tersebut.